Mencari Keadilan Ideal: Kasus Nenek Asyani dan Refleksi atas Sistem Hukum **

** Kasus Nenek Asyani, seorang petani yang divonis penjara karena mencuri kayu jati, telah mengundang perdebatan sengit tentang keadilan ideal dalam sistem hukum Indonesia. Di satu sisi, hukum harus ditegakkan untuk menjaga ketertiban dan keadilan. Di sisi lain, keadilan ideal seharusnya mempertimbangkan konteks dan latar belakang individu, terutama bagi mereka yang terpinggirkan dan rentan. Kasus Nenek Asyani menunjukkan bahwa sistem hukum kita masih belum sepenuhnya adil. Hukuman penjara yang dijatuhkan padanya, meskipun hanya beberapa bulan, terasa tidak seimbang dengan kerugian yang ditimbulkannya. Nenek Asyani, seorang perempuan tua yang hidup dalam kemiskinan, mencuri kayu jati untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Keadilan ideal dalam kasus ini seharusnya mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemiskinan, kebutuhan dasar, dan niat pelaku. Hukuman yang diberikan seharusnya tidak hanya berfokus pada pelanggaran hukum, tetapi juga pada upaya rehabilitasi dan pemulihan. Kasus Nenek Asyani menjadi cermin bagi kita untuk merenungkan kembali sistem hukum kita. Apakah sistem hukum kita benar-benar adil bagi semua orang, terutama bagi mereka yang terpinggirkan? Apakah kita telah memberikan ruang bagi keadilan yang humanis dan restorative? Keadilan ideal tidak hanya tentang menegakkan hukum, tetapi juga tentang membangun sistem yang adil dan berpihak pada mereka yang membutuhkan. Kasus Nenek Asyani mengingatkan kita bahwa keadilan ideal haruslah keadilan yang berempati, yang memahami konteks, dan yang memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk mendapatkan keadilan yang layak.