Malam yang Gelap di Rumah Lia dan Sila **
Senja mulai meredup, langit perlahan berganti warna menjadi jingga kemerahan. Di dalam rumah yang hangat, Lia dan Sila duduk berdampingan di sofa, matanya menatap kosong ke depan. Mereka berdua tampak murung, bibir mereka mengerucut, siap untuk menangis. "Kak, aku mau keluar," bisik Lia, suaranya bergetar. "Tapi dokter bilang kita harus selalu bersama," jawab Sila, matanya berkaca-kaca. Lia dan Sila, adik-adik dari Shani Gracia Feni Jinan Cindy dan Celine JKT48, sedang berjuang dengan kondisi mereka. Dokter mendiagnosis bahwa mereka berdua memiliki sifat yang bisa berubah menjadi anak kecil kapan saja dan di mana saja. "Kita harus selalu bersama, Lia," lanjut Sila, suaranya semakin lirih. "Tapi aku ingin bermain di luar," rengek Lia, air matanya mulai menetes. "Kita bisa bermain di sini, Lia," bujuk Sila, berusaha menahan tangisnya. Malam semakin larut, suasana di rumah semakin hening. Lia dan Sila masih terduduk di sofa, sesekali mereka mengusap air mata yang menetes di pipi mereka. "Kenapa kita harus selalu bersama?" tanya Lia, suaranya berbisik. "Karena kita bisa menjadi anak kecil kapan saja, Lia," jawab Sila, matanya menatap kosong ke depan. "Tapi aku tidak mau menjadi anak kecil," rengek Lia, suaranya semakin lirih. "Aku juga tidak mau," jawab Sila, air matanya kembali menetes. Malam itu, Lia dan Sila menangis tanpa alasan yang jelas. Mereka berdua merasa sedih, takut, dan bingung. Mereka tidak mengerti mengapa mereka harus selalu bersama, mengapa mereka harus selalu diawasi. "Lia, Sila, kenapa kalian menangis?" tanya Shani, kakak mereka, yang baru saja masuk ke ruang tamu. "Kami ingin keluar, Kak," jawab Lia, suaranya bergetar. "Tapi dokter bilang kita harus selalu bersama," jawab Sila, matanya berkaca-kaca. Shani menghela napas, matanya menatap kedua adiknya dengan penuh kasih sayang. "Kalian harus sabar, ya. Kita akan selalu bersama kalian," katanya, sambil mengelus kepala Lia dan Sila. "Tapi kami ingin bermain di luar," rengek Lia, air matanya kembali menetes. "Kita bisa bermain di sini, Lia," bujuk Sila, berusaha menahan tangisnya. Shani tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Kita akan bermain bersama, ya," katanya, sambil memeluk kedua adiknya. Malam itu, Lia dan Sila tertidur di pelukan Shani. Mereka berdua merasa tenang, merasa aman. Mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian, bahwa mereka selalu dicintai dan dijaga. Catatan: Cerita ini menggambarkan perasaan Lia dan Sila yang sensitif dan takut terhadap perubahan yang mereka alami. Cerita ini juga menunjukkan kasih sayang dan dukungan dari keluarga mereka. Cerita ini ditulis dengan gaya naratif yang sederhana dan mudah dipahami.
4 (387 suara) 
