Menguak Kelemahan Pendekatan Neoklasik dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja **

** Pendekatan Neoklasik, yang muncul dari serangkaian percobaan di pabrik Western Electric Company, seringkali dianggap sebagai penolakan terhadap prinsip-prinsip Taylor. Namun, pandangan ini perlu dikaji lebih mendalam. Meskipun pendekatan ini menentang beberapa aspek Taylorisme, seperti fokus tunggal pada efisiensi fisik, ia tetap memiliki kelemahan yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu kelemahan utama pendekatan Neoklasik adalah fokusnya yang sempit pada faktor-faktor fisik dan lingkungan kerja. Percobaan di pabrik Western Electric Company, yang meneliti pengaruh kondisi fisik seperti pencahayaan terhadap prestasi pekerja, menunjukkan bahwa faktor-faktor non-fisik seperti hubungan sosial dan motivasi memiliki peran yang jauh lebih besar dalam meningkatkan produktivitas. Pendekatan Neoklasik cenderung mengabaikan aspek psikologis dan sosial pekerja. Motivasi, kepuasan kerja, dan hubungan antar pekerja, yang merupakan faktor-faktor penting dalam meningkatkan produktivitas, tidak mendapat perhatian yang cukup dalam pendekatan ini. Sebagai contoh, percobaan Hawthorne yang terkenal menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas pekerja tidak hanya disebabkan oleh perubahan kondisi fisik, tetapi juga oleh rasa diperhatikan dan dihargai oleh manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan Neoklasik yang hanya berfokus pada faktor-faktor fisik tidak cukup untuk meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan. Kesimpulannya, meskipun pendekatan Neoklasik menawarkan perspektif yang berbeda dari Taylorisme, ia memiliki kelemahan yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Fokusnya yang sempit pada faktor-faktor fisik dan lingkungan kerja mengabaikan aspek psikologis dan sosial pekerja yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja. Untuk mencapai peningkatan produktivitas yang berkelanjutan, diperlukan pendekatan yang lebih holistik yang mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi kinerja pekerja, baik fisik, psikologis, maupun sosial.