Melindungi Mangrove di Donggala untuk Mitigasi hingga Potensi Ekonomi

Di Kabupaten Donggala, ribuan bibit mangrove berbagai jenis ditanam di pesisir sebagai upaya untuk melindungi ekosistem pesisir dan juga sebagai langkah mitigasi bencana. Inisiatif ini dilakukan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), Yayasan Bonebula, dan Kelompok Ibu-Ibu setempat. Sebanyak 3000 bibit mangrove ditanam di lokasi seluas 1 hektar di Kefuraban Tanjung Batu, Donggala. Penanaman mangrove ini melibatkan siswa-siswi sekolah dasar setempat, yang juga diberikan pemahaman tentang fungsi mangrove sebagai pelindung pesisir dan manfaatnya dalam mitigasi alami terhadap gelombang dan tsunami. Kabupaten Donggala sendiri pernah dilanda tsunami pada tahun 2018, sehingga penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi mangrove. Selain itu, di lokasi yang sama, kelompok ibu-ibu juga mengembangkan olahan makanan dan minuman berbahan dasar mangrove, seperti bolu dan kopi. Hal ini menunjukkan potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dari mangrove. Diharapkan bahwa melalui pengetahuan tentang manfaat lain dari mangrove, masyarakat sekitar dapat lebih terlibat dalam upaya konservasi mangrove. Pegiat konservasi mangrove Donggala dan Direktur Yayasan Bonebula, Andi Anwar, mengungkapkan bahwa setelah bencana yang melanda daerah tersebut, intervensi dan kolaborasi untuk membangun ketangguhan masyarakat pesisir dengan mangrove menjadi sangat penting. Beberapa desa di Donggala yang memiliki kawasan mangrove terbukti tidak terdampak parah akibat tsunami tahun 2018. Namun, tantangan terbesar dalam rehabilitasi dan konservasi mangrove di Donggala adalah alih fungsi lahan oleh masyarakat maupun pemerintah. Area mangrove di kawasan Teluk Palu, yang membentang dari Kota Palu hingga Donggala, sebanyak 98 persen berada di Donggala. Oleh karena itu, upaya konservasi menjadi sangat penting sebagai langkah perlindungan. Selama dua tahun terakhir, rehabilitasi dan konservasi ekosistem pesisir telah dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Hasilnya, masyarakat sekitar yang sebelumnya hanya mengenal mangrove sebagai tanaman hias, kini dapat membuat berbagai jenis makanan dan minuman dari tanaman ini, bahkan dapat dijual. Dengan adanya upaya konservasi mangrove ini, diharapkan dapat tercipta keseimbangan ekosistem pesisir, melindungi daerah dari bencana alam, dan juga memberikan potensi ekonomi bagi masyarakat sekitar.