Historiografi Tradisional di Indonesia: Masa Hindu-Buddha dan Islam

Historiografi adalah studi tentang penulisan sejarah. Kata "historia" dan "graphia" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "penulisan sejarah". Historiografi terdiri dari dua kata tersebut, yang menggambarkan pentingnya penulisan sejarah dalam memahami masa lalu. Historiografi dikatakan ideal jika mampu menuliskan pesan ilmiah yang dapat merekomendasikan saran subjektif. Selain itu, historiografi juga mampu menangkap pesan-pesan informasi di lapangan dan membongkar kelemahan penelitian sejarah sebelumnya. Hal ini memungkinkan historiografi untuk membandingkan hasil penelitian sejarah dengan kondisi sekarang. Di Indonesia, historiografi tradisional dibagi menjadi dua masa, yaitu masa Hindu-Buddha dan masa Islam. Pada masa Hindu-Buddha, ciri khas historiografi adalah penggunaan pendekatan multi-dimensional dalam penulisan sejarah. Selain itu, historiografi pada masa ini juga melibatkan rakyat biasa dalam pembuatannya. Terjemahan dari naskah-naskah India juga menjadi salah satu ciri historiografi pada masa ini. Namun, historiografi tradisional pada masa Hindu-Buddha juga memiliki tingkat subjektivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa penulisan sejarah pada masa itu lebih mengisahkan peristiwa di sekitar kerajaan dan ditulis oleh pujangga kerajaan atas permintaan sang raja. Media penulisan sejarah pada masa itu juga masih sangat sederhana, sehingga kritik sumber tidak dilakukan secara menyeluruh. Pada masa Islam, historiografi tradisional memiliki ciri-ciri yang berbeda. Historiografi pada masa ini lebih objektif dan sudah mengenal unsur kronologi dalam penulisan sejarah. Namun, historiografi pada masa Islam juga memiliki unsur politis dan ideologis yang kuat. Pendekatan multidimensional juga sudah digunakan dalam penulisan sejarah pada masa ini, serta menggunakan cara berpikir sin-kronis dan diakronis. Sistem penanggalan dalam historiografi tradisional di Indonesia juga berbeda-beda. Pada masa Hindu-Buddha, sistem penanggalan yang digunakan adalah sistem Jawa Kuno. Sedangkan pada masa Islam, sistem penanggalan yang digunakan adalah sistem Hijriah. Dalam kesimpulan, historiografi tradisional di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan pada masa Hindu-Buddha dan Islam. Ciri khas historiografi pada masa Hindu-Buddha adalah penggunaan pendekatan multi-dimensional dan melibatkan rakyat biasa dalam pembuatannya. Sedangkan pada masa Islam, historiografi menjadi lebih objektif dan menggunakan pendekatan multidimensional. Sistem penanggalan juga berbeda-beda pada kedua masa tersebut.