Athena, Indigo yang Menaklukkan Kutukan **

** Athena, gadis kecil dengan mata biru tajam dan rambut hitam legam, selalu menjadi misteri bagi penduduk Desa Hening. Ia sering berbicara sendiri, menatap kosong ke udara, dan merasakan hal-hal yang tak terlihat oleh orang lain. Warga desa menjulukinya "anak indigo", dan menganggapnya aneh, bahkan menyeramkan. Mereka menjauhinya, takut akan kekuatan yang tak terjelaskan yang dimilikinya. Hanya Aria, sahabat karib Athena, yang selalu setia mendampinginya. Aria, dengan senyum ceria dan mata yang penuh semangat, tak pernah takut pada keunikan Athena. "Kenapa mereka takut padamu, Athena?" tanya Aria suatu sore, saat mereka duduk di bawah pohon tua di tepi hutan. "Mereka tak mengerti," jawab Athena, matanya berkaca-kaca. "Mereka takut pada hal-hal yang tak mereka pahami." Pohon tua itu berdesir, daun-daunnya berbisik seperti suara bisikan. "Ada artefak di hutan ini," kata pohon itu, suaranya terdengar seperti angin berbisik. "Hanya anak indigo yang bisa menemukannya." Athena terkesiap. "Artefak?" tanyanya. "Apa gunanya?" "Artefak itu bisa melepaskan kutukan yang menyelimuti desa ini," jawab pohon itu. "Kutukan yang membuat hantu-hantu jahat menghantui warga desa." Athena dan Aria pun memulai petualangan mereka. Mereka menjelajahi hutan, melewati sungai yang mengalir deras, dan mendaki bukit yang curam. Sepanjang perjalanan, mereka dihantui oleh hantu-hantu jahat yang berwujud mengerikan. Athena menggunakan kekuatan indra keenamnya untuk mengusir mereka, sementara Aria selalu berada di sisinya, menyemangati dan melindungi. Setelah berhari-hari mencari, akhirnya mereka menemukan artefak itu, sebuah batu kristal yang memancarkan cahaya biru kehijauan. Saat Athena menyentuh batu itu, wujud Aria menjadi pudar, warnanya memudar seperti asap. Athena terkejut, "Aria, apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya bergetar. "Aku... aku adalah hantu," jawab Aria, suaranya lemah. "Aku ditugaskan untuk membantumu menemukan artefak ini. Misi ku telah selesai, dan aku akan menghilang." Air mata mengalir di pipi Athena. "Tidak! Aku tidak menginginkan artefak ini! Lebih baik aku dijauhi oleh seluruh warga desa dari pada aku harus kehilanganmu, Aria..." Aria tersenyum, "Jangan sedih, Athena. Aku bahagia bisa membantumu. Selamat tinggal, sahabatku." Aria memeluk Athena erat, lalu menghilang seperti asap. Athena menangis dengan keras, "Terimakasih... Aria..." Ia berlari menuju desa, membawa artefak itu. Hantu-hantu jahat yang mendiami desa itu menyerang Athena, namun ia berhasil melindungi dirinya dan artefak itu dengan kekuatan indranya. Sesampainya di desa, Athena menggunakan kekuatannya dan artefak itu. Cahaya biru kehijauan menyinari seluruh desa, mengusir hantu-hantu jahat dan melepaskan kutukan yang menyelimuti desa. Warga desa yang selama ini menjauhi Athena, kini menatapnya dengan rasa kagum dan syukur. Athena, anak indigo yang dulunya dijauhi, kini menjadi pahlawan desa. Ia membuktikan bahwa kekuatan yang berbeda tak selalu menakutkan, dan bahwa kebaikan dan persahabatan bisa mengalahkan ketakutan dan kutukan.