Dampak Kebijakan Politik Presiden Abdurahman Wahid terhadap Hubungan Internasional Indonesi

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat mengalami beberapa masalah setelah Timor-Timur melepaskan diri dari NKRI. Presiden Wahid memiliki cita-cita untuk mengembalikan citra Indonesia di mata internasional, sehingga beliau sering melakukan kunjungan kenegaraan ke luar negeri. Dalam setiap kunjungan tersebut, Presiden Wahid secara konsisten mengangkat isu-isu domestik, termasuk isu integritas territorial Indonesia seperti kasus Aceh, Papua, dan perbaikan ekonomi. Diplomasi di era pemerintahan Abdurahman Wahid dalam konteks kepentingan nasional tidak hanya mencari dukungan pemulihan ekonomi, tetapi juga mengatasi konflik domestik dan mempertahankan integritas teritorial Indonesia. Selain itu, demokratisasi melalui proses peran militer agar kembali ke peran profesional juga menjadi prioritas. Ancaman terhadap disintegrasi nasional di era Presiden Wahid menjadi kepentingan nasional yang mendesak. Namun, kebijakan politik Presiden Wahid dinilai oleh beberapa kekuatan politik dalam negeri sebagai kelemahan, terutama dalam menghadapi masalah disintegrasi dan konflik horizontal di beberapa daerah Indonesia. Faktor-faktor seperti ini menjadi salah satu penyebab munculnya desakan dari DPR/MPR-RI agar Presiden Abdurahman Wahid meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI pada awal tahun 2001. Setelah Presiden Abdurahman Wahid turun dari jabatannya, Megawati dilantik menjadi Presiden perempuan pertama di Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001. Pada awal pemerintahannya, suasana politik dan keamanan dalam negeri menjadi agak lebih kondusif. Situasi ekonomi Indonesia mulai membaik, ditandai dengan nilai tukar rupiah yang stabil. Dengan demikian, kebijakan politik Presiden Abdurahman Wahid memiliki dampak yang signifikan terhadap hubungan internasional Indonesia. Meskipun ada beberapa masalah yang muncul, upaya untuk memperbaiki citra Indonesia dan mempertahankan integritas teritorial tetap menjadi prioritas dalam diplomasi pemerintahan Wahid.