Ria, Kakak Tercinta **

** Matahari sore menerobos jendela ruang tamu, menerangi wajah-wajah yang sedang berbincang hangat. Argantara, sang ayah, duduk di sofa bersama Veranda, wanita yang kini menjadi ibu tirinya. Di sekeliling mereka, Shani, Gracia, dan Feni, ketiga kakak Ria, sedang menikmati minuman sore. Suasana terasa damai, namun sebuah kejutan kecil akan segera menggoreskan senyum lebar di wajah mereka. Pintu terbuka, dan Ria, adik bungsu mereka, masuk dengan tas sekolah di pundaknya. "Ibu, aku pulang!" sapa Ria, matanya berbinar-binar. Ketiga kakak Ria tersedak minuman mereka. "Ibu?" tanya Shani, tak percaya. Ria mengangguk, senyumnya merekah. "Iya, Ibu. Kenapa?" Seketika, suasana ruang tamu berubah menjadi riuh. Ketiga kakak Ria bergantian memeluk Ria, gembira dan takjub. Ria akhirnya menerima Veranda sebagai ibunya. Malam harinya, saat makan malam, Ria bertanya kepada Argantara dan Veranda, "Kapan aku punya adik?" Argantara dan Veranda saling berpandangan, terkejut. "Kenapa kamu bertanya begitu, sayang?" tanya Veranda lembut. "Aku ingin punya adik," jawab Ria polos. "Aku ingin bermain dengannya, membantunya belajar, dan menjadi kakak yang baik." Ketiga kakak Ria, yang mendengar percakapan itu, langsung menyahut, "Kami juga ingin punya adik!" Dua bulan berlalu. Hari ini adalah ulang tahun Ria yang ke-14. Argantara dan Veranda, dengan senyum penuh cinta, memanggil Ria ke ruang tamu. "Ria, sayang," kata Argantara, "kamu akan menjadi seorang kakak!" Ria tercengang. "Kakak?" tanyanya, matanya berkaca-kaca. "Benarkah?" Argantara dan Veranda mengangguk, tangan mereka saling menggenggam. Ria memeluk mereka erat, air mata bahagia mengalir di pipinya. Malam itu, Ria bermimpi indah. Mimpi tentang keluarga yang utuh, penuh cinta dan kebahagiaan. Mimpi tentang dirinya sebagai kakak yang baik, yang akan selalu menyayangi adiknya. Ria tahu, perjalanan mereka masih panjang. Namun, dengan cinta dan kebersamaan, mereka akan melewati semua rintangan dan membangun keluarga yang bahagia.