Hukum Shalat Tarawih bagi Musafir

Bagi seorang Muslim, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di bulan yang suci ini, umat Muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Selain puasa, terdapat pula ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan, yaitu shalat Tarawih.

Shalat Tarawih merupakan ibadah yang dilakukan khusus pada bulan Ramadhan, biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid setelah shalat Isya. Namun, bagaimana hukum shalat Tarawih bagi seorang musafir?

Keringanan dalam Islam bagi Musafir

Islam adalah agama yang penuh kasih sayang dan toleransi. Islam memberikan kemudahan dan keringanan bagi umatnya yang memiliki uzur atau halangan dalam menjalankan ibadah, salah satunya adalah bagi para musafir. Dalam konteks shalat Tarawih, musafir diberikan keringanan untuk melaksanakannya atau tidak.

Hukum Shalat Tarawih bagi Musafir

Hukum shalat Tarawih bagi musafir adalah sunnah, sama halnya dengan hukum shalat Tarawih bagi orang yang mukim. Artinya, seorang musafir boleh memilih untuk mengerjakannya atau tidak. Jika ia merasa kuat dan mampu, maka mengerjakan shalat Tarawih tetap dianjurkan. Namun, jika ia merasa lelah karena perjalanan atau khawatir akan mengganggu waktu istirahatnya, maka ia boleh untuk tidak mengerjakannya dan tidak akan mendapatkan dosa.

Hikmah Dibalik Keringanan Shalat Tarawih bagi Musafir

Keringanan dalam melaksanakan shalat Tarawih bagi musafir merupakan wujud rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mudah dan tidak memberatkan. Allah SWT tidak ingin membebani hamba-Nya dengan sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka.

Menjaga Kualitas Ibadah saat Bepergian

Meskipun diberikan keringanan, seorang musafir tetap dianjurkan untuk menjaga kualitas ibadahnya, termasuk shalat Tarawih. Jika ia memilih untuk mengerjakannya, maka usahakan untuk mengerjakannya dengan khusyuk dan tuma'ninah, meskipun hanya beberapa rakaat.

Sebagai kesimpulan, shalat Tarawih bagi musafir hukumnya sunnah. Seorang musafir memiliki pilihan untuk mengerjakannya atau tidak, tergantung pada kondisi dan kemampuannya. Islam adalah agama yang penuh rahmat dan kemudahan, sehingga seorang musafir tidak perlu merasa terbebani dalam menjalankan ibadahnya.