Konsep Dwipurwa dalam Sastra Sunda: Sebuah Tinjauan

Konsep *dwipurwa* adalah salah satu unsur penting dalam sastra Sunda, khususnya dalam puisi tradisional seperti wawacan dan pantun. *Dwipurwa* sendiri berasal dari kata *dwi* yang berarti "dua" dan *purwa* yang berarti "awal". Dengan demikian, *dwipurwa* merujuk pada pengulangan dua suku kata awal pada kata berikutnya dalam satu baris atau bait.

Keindahan Bunyi dan Makna dalam *Dwipurwa*

Penggunaan *dwipurwa* dalam sastra Sunda tidak hanya bertujuan untuk menciptakan keindahan bunyi, tetapi juga mengandung makna dan pesan tertentu. *Dwipurwa* memberikan penekanan pada kata yang diulang, sehingga maknanya lebih tersirat dan terasa mendalam. Selain itu, *dwipurwa* juga berfungsi untuk memperkuat irama dan musikalitas dalam puisi, sehingga lebih mudah diingat dan dinikmati.

Jenis-jenis *Dwipurwa* dalam Sastra Sunda

Dalam sastra Sunda, terdapat dua jenis *dwipurwa*, yaitu *dwipurwa* sempurna dan *dwipurwa* tidak sempurna. *Dwipurwa* sempurna terjadi ketika dua suku kata awal pada kata pertama diulang secara utuh pada kata berikutnya. Sementara itu, *dwipurwa* tidak sempurna terjadi ketika hanya sebagian suku kata awal yang diulang, atau terjadi perubahan vokal pada suku kata yang diulang.

Fungsi *Dwipurwa* dalam Sastra Sunda

Fungsi utama *dwipurwa* dalam sastra Sunda adalah sebagai alat estetika untuk memperindah bahasa dan memperkuat makna. *Dwipurwa* menciptakan efek puitis yang khas, sehingga puisi menjadi lebih hidup dan berkesan. Selain itu, *dwipurwa* juga berfungsi sebagai pengatur irama dan rima, sehingga puisi lebih harmonis dan mudah diingat.

Contoh *Dwipurwa* dalam Puisi Sunda

Contoh *dwipurwa* dapat ditemukan dalam berbagai karya sastra Sunda, salah satunya dalam pantun berikut:

> *Hayang teuing meuli domba*

>

> *Domba merino ti Australia*

>

> *Hayang teuing ka Bandung mah*

>

> *Bandung kota kembang nu permai*

Pada pantun di atas, terdapat *dwipurwa* pada baris pertama dan kedua, yaitu *domba-domba*. *Dwipurwa* ini memperkuat makna kerinduan akan domba merino dari Australia. Begitu pula pada baris ketiga dan keempat, terdapat *dwipurwa* pada kata *Bandung-Bandung* yang mempertegas keindahan kota Bandung.

Penggunaan *dwipurwa* dalam pantun tersebut tidak hanya memperindah bahasa, tetapi juga mempertegas makna dan pesan yang ingin disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa *dwipurwa* merupakan salah satu elemen penting dalam sastra Sunda yang memperkaya nilai estetika dan makna.

*Dwipurwa* merupakan salah satu kekayaan budaya Sunda yang perlu dilestarikan. Keindahan bunyi dan makna yang terkandung di dalamnya mampu membangkitkan rasa dan estetika tersendiri bagi penikmatnya.