Peningkatan Pembelajaran Mandiri melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) di Sekolah Menengah

Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan, termasuk dalam hal penilaian dan evaluasi siswa. Salah satu kebijakan terbaru adalah Program Pembelajaran Mandiri yang menggantikan Sistem Ujian Nasional (UN) dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan survei karakter. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa melalui pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pembelajaran mandiri membutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik, tetapi juga mampu melakukan evaluasi yang baik. Evaluasi yang optimal memberikan informasi yang tepat dan memberikan manfaat bagi siswa. AKM merupakan bagian dari target pemerintah dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi abad ke-21 dengan berbagai keterampilan yang harus dicapai. Keterampilan ini dikenal sebagai 4C, yaitu berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas, keterampilan komunikasi, dan kemampuan bekerja secara kolaboratif. Siswa diharapkan mampu membangun pemahaman, bekerja sama, memecahkan masalah, menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta mengembangkan kreativitas. Selain itu, pembelajaran mandiri juga memperhatikan literasi sebagai salah satu komponen penilaian. Literasi ilmiah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran ilmiah. Dalam mata pelajaran Biologi, siswa dituntut untuk menguasai berbagai kompetensi dasar. Literasi ilmiah adalah kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah dalam upaya memecahkan masalah. Evaluasi literasi ilmiah dapat dilakukan melalui berbagai pemahaman, salah satunya adalah pengukuran. Program AKM dimulai dengan sosialisasi melalui media sosial dan media cetak, dilanjutkan dengan pelatihan dan forum informasi bagi guru melalui Pusmenjar. Guru-guru menyatakan bahwa AKM telah diterapkan dalam pembelajaran biologi serta pelaksanaan ujian formatif dan sumatif. Melalui AKM, guru dapat membuat berbagai pertanyaan agar siswa lebih memahami materi. Pertanyaan AKM memiliki konstruksi yang berbeda dengan pertanyaan yang biasanya dibuat oleh guru. Oleh karena itu, guru biologi di SMA Negeri 1 Bandar harus melakukan persiapan yang matang untuk menghadapi AKM di sekolah. Pengembangan model pertanyaan AKM biologi membutuhkan langkah-langkah seperti pengurangan KD menjadi indikator kompetensi, relaksasi indikator menjadi grid pertanyaan (untuk penilaian tes), dan penyusunan pertanyaan, kunci jawaban, serta rubrik yang berisi indikator kemampuan literasi ilmiah. Selanjutnya, panduan validasi dibuat untuk menilai kelayakan produk sebelum implementasi. Pengembangan model AKM untuk mengukur kemampuan literasi ilmiah dalam penelitian ini menghasilkan instrumen tes yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Setiap siswa memiliki pengalaman belajar yang berbeda sehingga memiliki tingkat pemahaman yang beragam. Tes model AKM yang dikembangkan berupa pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, dan pertanyaan pencocokan yang disertai dengan diskusi terkait materi sistem ekskresi manusia. Variasi pertanyaan ini memberikan gambaran kepada guru sejauh mana siswa memahami materi secara mendalam.