Perubahan Struktur Kepolisian Republik Indonesia dan Dampaknya terhadap Falsafah dan Ideologi Kepolisian di Indonesi

Pendahuluan: Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) sebagai organisasi negara yang bertugas menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat semenjak berdiri pada tahun 1946 telah mengalami beberapa perubahan struktur. Pada zaman Orde Baru, Polri merupakan bagian dari AB RI sebagai salah satu kekuatan militer. Namun, saat ini Polri telah menjadi institusi sipil di bawah Presiden. Perubahan struktur ini kemudian mempengaruhi perubahan falsafah dan ideologi kepolisian di Indonesia. Sebagai institusi militer, awalnya Polri merupakan bagian dari kekuatan militer yang bekerja secara tradisional untuk penegakan hukum "sendirian" dan jauh dari peran serta masyarakat. Oleh karena itu, citra kepolisian berwajah sangat militeristik dengan tugas utama kepolisian adalah penegakan hukum, bekerja sebagai institusi yang bersifat otoriter, kaku, keras, dan kurang peka terhadap kebutuhan rasa aman masyarakat. Berdasarkan TAP MPR Nomor IVM PR/1993 tentang Garis Besar Haluan Negara tentang Sistem Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Swakarsa, Polri dibebani tugas melakukan pembinaan Kamtibmas melalui Bhabinkamtibmas sebagai ujung tombak terdepan. Kebijakan ini secara filosofis memposisikan masyarakat sebagai obyek keamanan dan ketertiban, sementara polisi sebagai subjek ideal sehingga dianggap figur yang mampu menangani dan menyelesaikan segenap permasalahan Kamtibmas yang dihadapi masyarakat. Perubahan struktur ini telah mempengaruhi falsafah dan ideologi kepolisian di Indonesia. Dengan menjadi institusi sipil, Polri sekarang lebih peka terhadap kebutuhan rasa aman masyarakat dan berusaha untuk bekerja secara lebih transparan dan responsif. Selain itu, Polri juga telah mengadopsi pendekatan yang lebih humanis dan inklusif dalam menangani masalah keamanan dan ketertiban masyarakat. Dampak perubahan struktur ini juga dapat dilihat dalam peran yang lebih aktif Polri dalam pembinaan Kamtibmas. Melalui Bhabinkamtibmas, Polri berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam menyelesaikan konflik dan masalah keamanan di masyarakat. Hal ini telah membantu dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang lebih baik antara Polri dan masyarakat. Sebagai kesimpulan, perubahan struktur Kepolisian Republik Indonesia telah mempengaruhi falsafah dan ideologi kepolisian di Indonesia. Dengan menjadi institusi sipil, Polri sekarang lebih peka terhadap kebutuhan rasa aman masyarakat dan berusaha untuk bekerja secara lebih transparan dan responsif. Selain itu, Polri juga telah mengadopsi pendekatan yang lebih humanis dan inklusif dalam menangani masalah keamanan dan ketertiban masyarakat. Peran yang lebih aktif Polri dalam pembinaan Kamtibmas juga telah membantu dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang lebih baik antara Polri dan masyarakat.