Terlambat Sekolah Karena Motor Bocor** **

** Pak RTI sedang duduk di teras rumahnya, menyeruput kopi hangat sambil membaca koran. Tiba-tiba, telepon berdering. Itu adalah panggilan dari anaknya, Budi. "Bapak, aku terlambat sekolah pagi ini," kata Budi dengan suara cemas. "Kenapa, Bud?" tanya Pak RTI dengan nada kecewa. "Bapak, motorku bocor banget. Aku harus kembali ke rumah untuk memperbaiki dulu sebelum berangkat sekolah lagi," jawab Budi. Pak RTI menghela napas panjang. "Kenapa tidak memperbaiki motor di pagi hari? Kalau begitu, kamu tidak akan terlambat." Budi merasa bingung. "Bapak, kalau diperbaiki di pagi hari, motor bapak akan rusak lebih parah. Selain itu, bengkel itu jauh dari rumah. Aku harus naik ojek untuk pergi ke sana." Pak RTI menatap anaknya dengan tatapan serius. "Budi, sekolah itu penting. Kamu harus berusaha agar tidak terlambat lagi. Coba dekatkan bengkel yang lebih dekat dengan rumah kita, ya?" Budi mengangguk, meskipun hatinya sedikit kesal. "Baik, Bapak. Aku akan mencari bengkel yang lebih dekat. Terima kasih atas nasihatnya." Pak RTI tersenyum lembut. "Ingat, Bud, kesuksesan itu tidak hanya diukur dari prestasi di sekolah, tetapi juga dari usaha dan ketekunanmu. Semangat belajar!" Budi pun mengakhiri panggilan itu dengan semangat yang baru. Ia tahu bahwa dengan usaha keras dan ketekunan, ia bisa menghadapi segala rintangan yang ada. Dan tentu saja, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terlambat sekolah lagi.