Pentingnya Menjaga Alam Bagi Orang Melayu

Orang Melayu telah lama menghargai alam sebagai sesuatu yang hidup dan memiliki kehidupan. Mereka percaya bahwa alam adalah ibu bagi semua makhluk hidup dan memiliki peran penting dalam menciptakan percakapan dan dialog antara manusia. Oleh karena itu, tidak boleh diabaikan atau dihancurkan, tetapi sebaliknya harus dijaga dan dipelihara dengan cara yang baik. Menurut orang Melayu, alam juga dianggap sebagai man yang hidup. Mereka yang memanfaatkannya, seperti saat berkebun sagu, tidak menggunakan istilah menanam, tetapi mengalih abot (anak sagu). Abot dalam ukuran tertentu dipindahkan ke lahan yang telah disediakan untuk berkebun. Jika disebut menanam, berarti berhubungan dengan kematian, padahal yang diharapkan dari upaya itu adalah kehidupan, yaitu sagu hidup bukan sagu mati. Hanya sesuatu yang mati yang mengalami penanaman. Menurut Taufik Ikram Jamil, dkk. (2018), dialog antara manusia dan alam lingkungannya terlihat dalam berbagai cara orang Melayu memanfaatkan alam dan memeliharanya. Misalnya, ritual menanam madu, di mana orang Melayu tidak hanya melindungi madu di sarangnya, tetapi juga menempatkan sarang madu di hutan, tempat lebah bersarang. Prosesi ritual ini dilaksanakan dengan nyanyian pantun, yang menggambarkan situasi tersebut. Orang Melayu percaya bahwa menjaga alam adalah cara berbuat baik kepada ibunya sendiri. Mereka percaya bahwa barang siapa yang berbuat baik kepada tanah, ia juga seumpama berbuat baik kepada ibunya sendiri. Oleh karena itu, mereka berusaha memanfaatkan alam dengan cara yang baik dan bertanggung jawab. Secara keseluruhan, orang Melayu memiliki hubungan yang mendalam dengan alam dan memahami pentingnya menjaga dan memeliharanya. Mereka percaya bahwa alam adalah sesuatu yang hidup dan memiliki kehidupan, dan bahwa menjaga alam adalah cara berbuat baik kepada ibunya sendiri. Dengan memanfaatkan alam dengan cara yang baik dan bertanggung jawab, orang Melayu dapat memastikan bahwa alam tetap hidup dan terjaga untuk generasi masa depan.