Perbedaan Thaharah dalam Mazhab Syafi'i dan Hanafi

Perbedaan Thaharah dalam Mazhab Syafi'i dan Hanafi: Sebuah Pengantar

Thaharah, atau kebersihan spiritual, adalah konsep penting dalam Islam. Ini adalah prasyarat untuk banyak ibadah, termasuk salat dan puasa. Namun, bagaimana kita mencapai dan mempertahankan thaharah dapat bervariasi tergantung pada mazhab hukum Islam yang kita ikuti. Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan utama dalam praktik thaharah antara dua mazhab yang paling banyak diikuti: Syafi'i dan Hanafi.

Thaharah Menurut Mazhab Syafi'i

Dalam mazhab Syafi'i, thaharah dibagi menjadi dua kategori: thaharah dari hadas (ketidakmurnian ritual) dan thaharah dari najis (ketidakmurnian fisik). Hadas dibagi lagi menjadi hadas kecil, yang dapat dihilangkan dengan wudhu, dan hadas besar, yang memerlukan mandi ritual atau ghusl. Najis, di sisi lain, harus dibersihkan dengan air.

Mazhab Syafi'i juga memiliki aturan yang ketat tentang apa yang membuat seseorang kehilangan thaharah. Misalnya, menyentuh orang lain dari jenis kelamin yang berbeda tanpa penghalang dapat membatalkan thaharah, seperti halnya keluarnya apa pun dari saluran kelamin atau anus.

Thaharah Menurut Mazhab Hanafi

Sementara itu, mazhab Hanafi juga membagi thaharah menjadi dua kategori yang sama, tetapi ada beberapa perbedaan penting dalam bagaimana mereka mendefinisikan dan menangani hadas dan najis. Misalnya, dalam mazhab Hanafi, menyentuh orang lain dari jenis kelamin yang berbeda tidak membatalkan thaharah kecuali ada hasrat seksual yang terlibat.

Selain itu, mazhab Hanafi lebih fleksibel dalam hal apa yang dianggap najis. Misalnya, mereka menganggap urin dan feses hewan yang diizinkan untuk dimakan sebagai suci, dan oleh karena itu tidak memerlukan pembersihan jika menyentuhnya.

Perbandingan dan Kontras

Jadi, apa perbedaan utama dalam thaharah antara mazhab Syafi'i dan Hanafi? Salah satu perbedaan paling mencolok adalah dalam bagaimana mereka memandang sentuhan antara jenis kelamin yang berbeda. Sementara mazhab Syafi'i menganggap ini sebagai pembatal thaharah, mazhab Hanafi tidak, kecuali ada hasrat seksual yang terlibat.

Selain itu, ada perbedaan dalam bagaimana masing-masing mazhab memandang najis. Meskipun keduanya setuju bahwa najis harus dibersihkan dengan air, mazhab Hanafi lebih fleksibel dalam hal apa yang dianggap najis.

Kesimpulan: Menghargai Perbedaan dalam Thaharah

Dalam membahas perbedaan thaharah dalam mazhab Syafi'i dan Hanafi, penting untuk diingat bahwa keduanya mencerminkan upaya para ulama untuk memahami dan menerapkan ajaran Islam sebaik mungkin. Meskipun ada perbedaan, keduanya berbagi tujuan yang sama: membantu umat Islam mencapai dan mempertahankan kebersihan spiritual yang diperlukan untuk ibadah. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih menghargai keragaman dan kedalaman tradisi hukum Islam.