Peran MPRS, DPR-GR, dan DPAS dalam Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin di Indonesi

Demokrasi terpimpin adalah sistem pemerintahan yang diterapkan di Indonesia pada masa Orde Lama. Dalam sistem ini, Presiden memiliki peran yang sangat penting dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan rakyat. Namun, kekuasaan Presiden juga dibatasi oleh beberapa lembaga, seperti MPRS, DPR-GR, dan DPAS. Artikel ini akan membahas peran masing-masing lembaga tersebut dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin di Indonesia. Pertama, MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) memiliki peran yang sangat penting dalam sistem demokrasi terpimpin. MPRS berada di bawah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dan memiliki kekuasaan untuk menentukan keputusan yang harus diambil oleh Presiden. MPRS juga bertugas membentuk GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara), yang menjadi pedoman dalam pembangunan negara. Namun, pembentukan MPRS pada tahun 1959 bertentangan dengan UUD 1945, karena seharusnya anggota MPRS dipilih melalui pemilihan umum, bukan ditunjuk oleh Presiden. Kedua, DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) memiliki peran yang penting dalam menjalankan demokrasi terpimpin. DPR-GR dibentuk sebagai pengganti DPR yang dibubarkan oleh Presiden karena menolak RAPBN tahun 1960. DPR-GR memiliki tugas melaksanakan manifesto politik dan mewujudkan amanat penderitaan rakyat. Namun, pembentukan DPR-GR juga bertentangan dengan UUD 1945, karena Presiden tidak seharusnya memiliki kekuasaan untuk membubarkan DPR. Selain itu, DPR-GR juga harus mengikuti kehendak dan kebijakan Presiden, yang mengurangi independensinya sebagai lembaga legislatif. Ketiga, DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara) memiliki peran yang penting dalam memberikan saran dan usulan kepada Presiden. DPAS dibentuk oleh Presiden sendiri dan terdiri dari berbagai wakil partai politik, utusan daerah, dan wakil golongan. DPAS memiliki tugas memberikan jawaban atas pertanyaan Presiden dan mengajukan usulan kepada pemerintah. Namun, DPAS juga berada di bawah pemerintah dan dipimpin oleh Presiden, sehingga keputusan yang diambil oleh DPAS masih tergantung pada kehendak Presiden. Secara keseluruhan, MPRS, DPR-GR, dan DPAS memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin di Indonesia. Namun, pembentukan lembaga-lembaga tersebut bertentangan dengan UUD 1945, yang seharusnya memberikan kekuasaan kepada rakyat melalui pemilihan umum. Selain itu, kekuasaan Presiden yang besar juga mengurangi independensi lembaga legislatif dan lembaga penasihat. Untuk memperbaiki sistem demokrasi di Indonesia, perlu dilakukan reformasi yang mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dan memperkuat lembaga-lembaga yang independen.