The Interplay of Modern Thinking and Modernization Programs in a Natio

Sejarah telah membuktikan bahwa terdapat hubungan sinergis antara tumbuhnya pola pikir modern dengan program modernisasi yang dilakukan oleh suatu bangsa. Pola pikir masyarakat akan menjadi modern yang sesungguhnya, jika diikuti oleh berkembangnya modernisasi pemikiran masyarakatnya kemudian diikuti oleh berkembangnya mentalitas dan nilai-nilai modernitas. Namun, dalam pelaksanaannya, modernisasi dapat berlangsung secara harmonis dan alamiah, serta dapat pula dilakukan secara terpaksa. Program modernisasi yang justru akan menimbulkan konflik-konflik sosial dan kultural yang berkepanjangan. Negara-negara Barat yang dikenal sebagai negara yang dinilai paling pun, tidak serta merta menjadi modern. Melainkan melalui proses pengkondisian selama berabad-abad di antaranya adalah proses Pencerahan (Renesans) dalam pola berpikir yang diikuti oleh pencerahan dalam pelbagai bidang kehidupan. Setelah masa Pencerahan selama kurang lebih tiga abad barulah diikuti dengan temuan dalam bidang sains dan penyempurnaan konsep berpikir dan falsafah masyarakatnya. Lantas terjadi proses modernisasi bertahap melalui Revolusi Industri di bidang teknologi dan Revolusi Perancis di bidang politik. Kejadian itu pun tidak serta merta berjalan mulus, penentangan dan koreksi senantiasa terjadi melalui proses penyesuaian budaya secara bertahap pula, seperti gerakan Art Craft oleh William Moris dan John Ruskin yang menafikan program industrialisasi di Eropa, dan upaya-upaya menentang hadirnya industrialisasi dan produk industri yang bersifat masal. Desain sebagai tanda budaya Desain merupakan kata baru peng-Indonesiaan dari kata design (bhs. Inggris), istilah ini merupakan pengilmuan kata merancang yang penggunaannya dinilai terlalu umum dan kurang aspek keilmuan secara formal. Sejalan dengan itu, untuk bidang arsitektur dan rekayasa, kerapkali pula menggunakan istilah rancang bangun. Di lingkungan akademik, kata desain telah sebagai nama cabang ilmu nama departemen (jurusan desain), nama fakultas. Dalam konteks ini, desain dapat diartikan sebagai suatu proses merancang yang melibatkan pemikiran kritis dan kreativitas untuk menciptakan solusi yang inovatif dan efektif. Desain bukan hanya tentang estetika, tetapi juga tentang fungsi dan kegunaan. Desain yang baik harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti kebutuhan, keinginan, dan keterbatasan pengguna, serta lingkungan dan konteks di mana desain tersebut akan digunakan. Desain juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan sistematis dan terstruktur dalam menyelesaikan masalah. Pendekatan ini melibatkan serangkaian tahapan yang terdefinisi dengan baik, seperti penelitian, analisis, ideasi, prototipe, dan evaluasi. Pendekatan desain ini memungkinkan kita untuk mengembangkan solusi yang lebih baik dan lebih efektif melalui iterasi dan perbaikan berkelanjutan. Desain juga dapat diartikan sebagai suatu praktik yang melibatkan kolaborasi dan komunikasi antara berbagai pemangku kepentingan. Desainer harus dapat bekerja sama dengan klien, pengguna, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan bahwa solusi yang dihasilkan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Desain juga dapat diartikan sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik desain. Disiplin ilmu ini mencakup berbagai bidang seperti desain produk, desain grafis, desain arsitektur, dan desain interaksi manusia-komputer. Disiplin ilmu desain juga melibatkan penelitian dan pengembangan metode dan alat baru untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi desain. Desain juga dapat diartikan sebagai suatu praktik yang melibatkan pemikiran kritis dan kreat