Perlawanan Arab Utara dan Selatan: Sejarah Pembentukan Daulah Abbasiyah

Pendahuluan: Pada masa kekuasaan Umayyah, ketegangan antara suku Arab Utara (Bani Qays) dan Arab Selatan (Bani Kalb) telah ada sejak zaman sebelum Islam. Perselisihan ini semakin intens, sehingga para penguasa Umayyah menghadapi kesulitan dalam menggalang persatuan dan kesatuan. Pada akhirnya, Daulah Umayyah runtuh pada abad ketujuh setelah pertempuran antara pasukan Abu al-Abbas melawan pasukan Marwan bin Muhammad (khalifah terakhir Daulah Umayyah) di tepi sungai Zab, Irak pada tahun 132H/750M. Bagian 1: Ali bin Abdullah bin Abbas dan Fase Pendirian dan Pembentukan Organisasi Ali bin Abdullah bin Abbas, seorang pemimpin yang berbakat, memimpin gerakan perlawanan terhadap Bani Umayyah. Selama pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia menyusun gerakan perlawanan tersebut. Setelah Ali bin Abdullah bin Abbas meninggal, kepemimpinan diambil alih oleh anaknya, Muhammad bin Ali. Fase ini dinamakan "Fase Pendirian dan Pembentukan Organisasi." Muhammad bin Ali menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan, yaitu Al-Humaimah sebagai pusat perencanaan dan organisasi, Kufah sebagai kota penghubung, dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Dia juga mengadakan propaganda kepada umat Islam bahwa yang berhak memegang jabatan khalifah adalah Bani Abbasiyah atau garis keturunan Nabi Muhammad saw. Bagian 2: Ibrahim al-Imam dan Fase Pembentukan Opini Publik Setelah Muhammad bin Ali meninggal, Ibrahim al-Imam menggantikan posisi ayahnya. Selama kepemimpinannya, dia bekerja sama dengan Abu Muslim al-Khurasani. Namun, Ibrahim al-Imam berhasil tertangkap pada awal tahun 132H/749M dan dipenjara di Kota Harran. Dia kemudian dihukum mati. Di sisi lain, gerakan Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani dapat menarik banyak pengikut di wilayah Khurasan. Ketika pasukan Bani Abbasiyah cukup kuat, mereka berhasil mengalahkan kekuatan Bani Umayyah di daerah tersebut. Peristiwa ini menjadi awal tumbangnya Khalifah Marwan II dari Bani Umayyah. Bagian 3: Abul Abbas as-Saffah bin Muhammad dan Fase Pengukuhan Posisi atau kedudukan Ibrahim al-Imam kemudian digantikan oleh saudaranya, Abul Abbas as-Saffah bin Muhammad, untuk memimpin gerakan melawan Bani Umayyah. Di bawah kepemimpinannya, pasukan Abbasiyah terlibat pertempuran dengan pasukan Umayyah di Zab Hulu, sebuah anak Sungai Tigris, sebelah timur Mosul, Irak. Pasukan Abbasiyah berhasil mengalahkan pasukan Umayyah dan terus bergerak menuju Syam (Suriah). Kemudian satu per satu seluruh kota di Syam dapat mereka kuasai. Marwan bin Muhammad selaku khalifah terakhir Daulah Umayah merasa ketakutan dan melarikan diri ke Mesir. Pelarian itu pun berakhir dengan khalifah tersebut karena terbunuh oleh pasukan Bani Abbas di Bushair, wilayah Al-Fayyum Mesir, pada tanggal 27 Dzulhijjah 132H/5 Agustus 750 M. Abul Abbas as-Saffah bin Muhammad diangkat menjadi khalifah pertama Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. tetapi dia hanya berkuasa selama 4 tahun 9 bulan. Dia meninggal di Kota Anbar tahun 754 M dan berakhirlah masa kekuasaannya pada tahun tersebut. Fase ini dinamakan "Fase Pengukuhan" sekaligus "Fase Memasuki Wilayah Kekuasaan." Kesimpulan: Perlawanan Arab Utara dan Selatan telah memainkan peran penting dalam sejarah pembentukan Daulah Abbasiyah. Perselisihan antara kedua