Ria, Amnesia dan Ujian Cinta Keenam Kakaknya **

Hari itu, Ria, gadis ceria yang selalu ceria, terjatuh dari tangga sekolah. Kepalanya terbentur, dan darah mengucur. Teman-temannya panik, langsung menghubungi keenam kakaknya. Ria, yang biasanya ceria, tiba-tiba menjadi pendiam. Ia menatap kosong ke langit-langit, tak mengenali siapa pun. "Ria, kamu kenapa?" tanya Melody, kakak pertama Ria, dengan suara bergetar. "Aku... aku siapa?" tanya Ria, matanya berkaca-kaca. Kejutan besar menghantam keenam kakak Ria. Ria, adik mereka yang selalu ceria, tiba-tiba kehilangan ingatan. Mereka panik, tak tahu harus berbuat apa. "Mungkin dia shock," kata Shani, kakak kedua Ria, mencoba menenangkan diri. "Tapi, dia tidak mengenali kita," tambah Gracia, kakak ketiga Ria, dengan suara lirih. Veranda, kakak keempat Ria, punya ide. "Kita harus mengembalikan ingatannya. Kita harus menunjukkan padanya betapa kita menyayanginya." Nabila, kakak kelima Ria, mengangguk setuju. "Kita harus membuatnya mengingat semua momen indah kita bersama." Kinal, kakak keenam Ria, yang biasanya pendiam, tiba-tiba bersuara. "Kita harus membuatnya mengingat semua hal yang kita lakukan untuknya." Keenam kakak Ria pun berdiskusi. Mereka memutuskan untuk membuat Ria mengingat kembali semua momen indah mereka bersama. Mereka mengajak Ria ke tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama, menunjukkan foto-foto lama, dan menceritakan kisah-kisah lucu mereka. Namun, Ria tetap tak mengingat apa pun. Ia hanya menatap mereka dengan tatapan kosong. "Apakah kita gagal?" tanya Melody, suaranya bergetar. "Tidak," jawab Veranda, "Kita harus terus berusaha. Kita harus menunjukkan padanya betapa kita menyayanginya." Mereka pun terus berusaha. Mereka mengajak Ria ke tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama, menunjukkan foto-foto lama, dan menceritakan kisah-kisah lucu mereka. Akhirnya, Ria mulai mengingat sedikit demi sedikit. Ia mulai tersenyum, mulai tertawa, dan mulai memanggil mereka dengan sebutan "kakak". "Aku ingat... aku ingat kalian," kata Ria, air matanya mengalir. Keenam kakak Ria pun memeluk Ria erat-erat. Mereka bersyukur, Ria akhirnya mengingat mereka. "Terima kasih, kakak-kakak," kata Ria, "Aku sangat mencintai kalian." Kejadian ini mengajarkan Ria dan keenam kakaknya tentang arti keluarga. Mereka menyadari bahwa cinta dan kasih sayang adalah hal yang paling berharga dalam hidup. Catatan:** * Cerita ini ditulis dengan gaya naratif, dengan fokus pada alur cerita dan emosi para tokoh. * Cerita ini tidak mengandung konten sensitif seperti percintaan, kekerasan, atau penipuan. * Cerita ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan logika kognitif siswa. * Cerita ini memiliki akhir yang positif dan optimis. * Cerita ini menekankan pentingnya keluarga dan kasih sayang.