Luka Batin di Balik Senyum Palsu **

Aurel, gadis dengan kulit sawo matang dan tubuh kurus, telah menjadi sasaran bullying sejak kelas satu. Setiap hari, ia menghadapi cibiran dan ejekan yang menyakitkan tentang fisiknya. "Kurus kering kayak lidi," "Hitam legam kayak arang," "Penyakitan, pasti cacingan," adalah beberapa kalimat yang sering terlontar dari mulut teman-temannya. Rasa sakit itu semakin menusuk ketika ia menyadari bahwa saudara kandungnya pun ikut merundung. Mereka mengejeknya di depan teman-teman, membuat Aurel merasa terisolasi dan sendirian. Ia menyimpan semua rasa sakit itu dalam hati, takut untuk menceritakannya kepada orang tuanya. Ia khawatir akan menambah beban mereka yang sudah sering bertengkar. Sepuluh tahun berlalu, Aurel masih terus berjuang melawan rasa sakit itu. Ia mencoba untuk tersenyum dan bersikap seolah-olah tidak terpengaruh, namun di balik senyum palsunya, luka batinnya semakin dalam. Ia merasa terjebak dalam lingkaran setan, di mana rasa sakit dan amarah menggerogoti jiwanya. Hujan deras mengguyur kota, membasahi bumi dan juga hati Aurel yang sedang hancur. Ia menangis di kamar, meratapi nasibnya yang malang. Rasa benci dan amarah membuncah, ia ingin meluapkannya kepada mereka yang telah menyakiti hatinya. Wawasan: Kisah Aurel mengingatkan kita bahwa bullying tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga luka batin yang mendalam. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa di balik senyum seseorang, mungkin tersembunyi luka yang tak terobati. Kita harus lebih peka terhadap perasaan orang lain dan berani untuk membantu mereka yang sedang terpuruk. Pesan:** Jangan pernah meremehkan kekuatan kata-kata. Kata-kata yang kasar dan menyakitkan dapat meninggalkan luka yang mendalam di hati seseorang. Mari kita ciptakan lingkungan yang ramah dan penuh kasih sayang, sehingga setiap orang dapat merasa aman dan dihargai.