Bayangan Masa Depan **

Di ujung lorong yang remang-remang, di mana cahaya matahari tak mampu menembus, berdiri seorang pemuda bernama Arga. Matanya menatap kosong ke depan, pikirannya melayang jauh, terjebak dalam labirin kekhawatiran yang tak berujung. Usianya baru 20 tahun, namun beban hidup terasa begitu berat di pundaknya. Arga adalah anak sulung dari keluarga sederhana. Sejak kecil, ia terbiasa melihat kedua orang tuanya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia tahu bahwa masa depan mereka bergantung pada dirinya. Tekanan untuk meraih kesuksesan dan membahagiakan orang tua menjadi beban yang tak tertahankan. Setiap hari, Arga bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Apakah ia mampu mencapai cita-citanya? Apakah ia akan menjadi orang yang sukses dan membanggakan orang tuanya? Apakah ia akan mampu menghadapi kerasnya dunia luar? Ketakutan akan kegagalan menghantuinya, membuatnya terpuruk dalam kegelapan. Arga mencoba untuk fokus pada studinya, namun pikirannya selalu melayang ke masa depan yang tak pasti. Ia melihat teman-temannya yang lain, yang tampak begitu optimis dan penuh semangat. Mereka memiliki mimpi yang besar dan berani untuk mengejarnya. Sementara Arga, terjebak dalam lingkaran kekhawatiran yang tak berujung. Ia merasa terasing, seperti berada di dunia yang berbeda. Ia takut untuk melangkah maju, takut untuk menghadapi kenyataan. Rasa takut itu menggerogoti dirinya, membuatnya semakin terpuruk dalam kesedihan. Suatu hari, Arga bertemu dengan seorang guru yang bijaksana. Guru itu mendengarkan cerita Arga dengan sabar dan penuh empati. Ia berkata, "Arga, ketakutanmu adalah hal yang wajar. Setiap orang memiliki rasa takut, namun jangan biarkan rasa takut itu menguasai hidupmu. Ingatlah bahwa masa depanmu ada di tanganmu. Kamu memiliki potensi yang besar, jangan sia-siakan itu." Kata-kata guru itu seperti secercah cahaya di tengah kegelapan. Arga mulai menyadari bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki orang-orang yang peduli padanya, yang siap mendukungnya. Ia juga menyadari bahwa masa depan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang harus dibentuk. Arga mulai mengubah cara berpikirnya. Ia fokus pada hal-hal yang dapat ia kendalikan, seperti belajar dengan giat dan mengembangkan potensi dirinya. Ia juga mulai berani untuk keluar dari zona nyamannya, mencoba hal-hal baru dan bertemu dengan orang-orang baru. Perlahan tapi pasti, rasa takut Arga mulai berkurang. Ia mulai merasakan secercah harapan di tengah kegelapan. Ia menyadari bahwa masa depan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang harus dibentuk dengan tekad dan semangat. Arga masih memiliki banyak tantangan di depan, namun ia kini telah memiliki keyakinan untuk menghadapinya. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian, dan ia memiliki kekuatan untuk meraih mimpi-mimpi yang selama ini ia impikan. Pesan:** Angst adalah emosi yang wajar, namun jangan biarkan ia menguasai hidupmu. Ingatlah bahwa kamu memiliki potensi yang besar dan masa depanmu ada di tanganmu. Beranilah untuk melangkah maju, hadapi tantangan dengan tekad dan semangat, dan jangan pernah menyerah pada mimpi-mimpi yang kamu impikan.