Pemimpin, Pembangunan Berkelanjutan, dan Perubahan Iklim: Langkah-langkah untuk Mencapai Tujuan SDGs

Pada debat kedua calon wakil presiden yang berlangsung pada Ahad (21/1/2024), tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa menjadi sorotan utama. Topik pembangunan berkelanjutan menjadi sangat penting di tengah isu perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Praktek pembangunan yang tidak berkelanjutan telah menyebabkan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan, konflik agraria yang berkepanjangan terhadap masyarakat adat di pedalaman hutan dan kawasan pesisir, serta urbanisasi yang berlebihan dan desa-desa yang terpinggirkan. Perubahan iklim telah memperburuk kondisi alam yang mengancam ketahanan pangan lokal, nasional, regional, dan global, kemandirian energi, serta memaksa kita untuk mempercepat transisi energi dari fosil ke energi terbarukan guna mencegah kenaikan suhu global melebihi 1,5 derajat Celsius. Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC, 2023) menekankan pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca secara mendalam, cepat, dan berkelanjutan di semua sektor. Lalu, langkah apa yang harus dilakukan? Pertama, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merekomendasikan lima aksi untuk mempercepat pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada tahun 2030. Lima aksi tersebut adalah kepala negara/pemerintah harus mengambil langkah-langkah percepatan dan transformatif; melakukan kebijakan nyata dan tindakan terukur serta terpadu untuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi ketidaksetaraan, dan melindungi alam. Selain itu, diperlukan penguatan kapasitas sumber daya manusia atau pemerintah daerah, akuntabilitas, dan lembaga masyarakat. Kepala negara/pemerintah juga harus memobilisasi sumber daya dan investasi yang diperlukan, serta memfasilitasi penguatan sistem pembangunan dan peningkatan kapasitas sumber daya untuk mengatasi tantangan yang muncul dan memperkecil kesenjangan masyarakat. Rekomendasi ini sangat selaras dengan tema debat calon wakil presiden yang kedua. Kedua, isu pangan terkait dengan Tujuan 2 SDGs, yaitu Tanpa Kelaparan. PBB mencatat bahwa jumlah orang yang menghadapi kelaparan dan kerawanan pangan terus meningkat sejak tahun 2015. Pada tahun 2022, sekitar 735 juta orang (9,2 persen dari populasi dunia) menghadapi kelaparan, meningkat dibandingkan dengan tahun 2019. Selain itu, 2,4 miliar orang mengalami kelaparan kronis, meningkat sebanyak 122 juta orang dibandingkan dengan tahun 2019. Masalah ini membutuhkan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan produksi pangan, mengurangi kerugian pangan, dan memastikan akses yang adil dan berkelanjutan terhadap pangan bagi semua orang. Ketiga, isu energi terkait dengan Tujuan 7 SDGs, yaitu Energi yang Terjangkau dan Bersih. PBB mencatat bahwa sekitar 660 juta orang masih kekurangan akses terhadap listrik, dan 2 miliar orang bergantung pada bahan bakar dan teknologi memasak yang menyebabkan polusi pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan investasi yang lebih besar dalam energi terbarukan, pengembangan teknologi yang ramah lingkungan, dan kebijakan yang mendukung akses energi yang terjangkau bagi semua orang. Keempat, dalam menghadapi perubahan iklim, Tujuan 13 SDGs, yaitu Aksi Perubahan