Perbandingan Hukum Sholat Fardhu antara Mazhab Sunni dan Syiah
4 (190 suara) Perbedaan Pendekatan dalam Sholat Fardhu
Sholat Fardhu, atau sholat wajib, adalah salah satu dari lima rukun Islam yang harus dilakukan oleh setiap Muslim. Namun, terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya antara dua mazhab utama dalam Islam, yaitu Sunni dan Syiah. Perbedaan ini bukan berarti salah satu lebih benar atau lebih baik dari yang lain, tetapi lebih kepada perbedaan interpretasi dan pemahaman terhadap ajaran Islam.
Waktu Pelaksanaan Sholat Fardhu
Dalam mazhab Sunni, waktu pelaksanaan sholat Fardhu sangat spesifik dan terbagi menjadi lima waktu; Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Sementara itu, dalam mazhab Syiah, waktu pelaksanaan sholat Dzuhur dan Ashar, serta Maghrib dan Isya, dapat digabungkan. Hal ini berdasarkan interpretasi mereka terhadap beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.
Tata Cara Sholat Fardhu
Tata cara sholat Fardhu antara mazhab Sunni dan Syiah juga memiliki perbedaan. Dalam mazhab Sunni, sholat dimulai dengan takbiratul ihram, yaitu mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan telinga sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Sementara dalam mazhab Syiah, takbiratul ihram dilakukan dengan mengangkat tangan hanya hingga sejajar dengan bahu.
Bacaan dalam Sholat Fardhu
Perbedaan lainnya terletak pada bacaan dalam sholat Fardhu. Dalam mazhab Sunni, setelah membaca Surah Al-Fatihah, imam atau orang yang sholat sendirian harus membaca surah atau ayat lainnya dari Al-Qur'an. Sementara dalam mazhab Syiah, setelah membaca Surah Al-Fatihah, tidak diwajibkan untuk membaca surah atau ayat lainnya.
Penutupan Sholat Fardhu
Penutupan sholat Fardhu juga memiliki perbedaan antara mazhab Sunni dan Syiah. Dalam mazhab Sunni, sholat ditutup dengan salam ke kanan dan ke kiri. Sementara dalam mazhab Syiah, cukup dengan satu salam ke arah kanan saja.
Meski terdapat perbedaan dalam pelaksanaan sholat Fardhu antara mazhab Sunni dan Syiah, namun tujuan utamanya tetap sama, yaitu sebagai bentuk ibadah dan penghambaan diri kepada Allah SWT. Perbedaan ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk perpecahan, melainkan sebagai bukti dari keberagaman dalam Islam.
