Peran Insentif Pajak dalam Mendukung Hak Asasi Manusi

Sistem perpajakan di Indonesia tidak hanya berperan sebagai instrumen untuk menciptakan keadilan, tetapi juga menjadi simbol gotong royong dalam mendukung dunia usaha. Dalam konteks ini, pemberian insentif pajak oleh pemerintah dapat dilihat sebagai upaya untuk mendukung Hak Asasi Manusia (HAM) bagi dunia usaha. Pertama-tama, strategi pemberian insentif pajak seperti yang diuraikan dalam artikel di atas dapat dianggap mendukung HAM karena memberikan perlindungan bagi dunia usaha yang terdampak pandemi. Insentif pajak, seperti pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor properti dan pengurangan angsuran PPh Pasal 25, memungkinkan pelaku usaha untuk tetap bertahan di tengah kondisi ekonomi yang sulit akibat pandemi. Hal ini sesuai dengan prinsip HAM yang menekankan perlindungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan manusia. Selain itu, insentif pajak juga dapat diinterpretasikan sebagai bentuk dukungan terhadap hak ekonomi dan kemakmuran bagi dunia usaha. Dengan adanya insentif pajak, pemerintah memberikan kesempatan bagi pelaku usaha untuk memulihkan ekonomi mereka, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada hak-hak ekonomi masyarakat luas. Ini sejalan dengan prinsip HAM yang mengakui hak setiap individu untuk menikmati standar hidup yang layak. Secara implisit, pasal yang menunjukkan pengertian tersebut adalah pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor properti dan pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Kedua insentif pajak tersebut secara langsung memberikan dukungan kepada dunia usaha untuk menjaga kelangsungan usaha mereka, yang pada akhirnya juga melindungi hak-hak ekonomi mereka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi pemberian insentif pajak bagi dunia usaha, sebagaimana diuraikan dalam artikel di atas, dapat diinterpretasikan sebagai langkah yang mendukung HAM, terutama dalam konteks perlindungan dan pemenuhan hak ekonomi.