Si "Jagoan" Berkumis ##

Hari itu, kelas 6 SD sedang ramai membahas tentang "kumis". Entah kenapa, topik ini tiba-tiba menjadi trending di kelas. Semua anak, termasuk aku, sibuk menggores-gores bibir atas mereka dengan jari, berharap bisa merasakan sensasi "berkumis". Aku, yang saat itu masih polos dan lugu, juga terpengaruh. Aku bertekad untuk memiliki kumis yang lebat dan gagah seperti Pak Guru. Setiap pagi, aku rajin mengoleskan minyak kayu putih ke bibir atas, berharap bisa merangsang pertumbuhan bulu halus itu. Suatu hari, saat jam istirahat, aku berpapasan dengan teman sekelasku, Budi. Dia melihatku dengan tatapan aneh. "Kamu ngapain, sih, ngolesin minyak kayu putih ke bibir?" tanyanya. "Mau punya kumis," jawabku dengan bangga. Budi tertawa terbahak-bahak. "Kamu kira kumis tumbuh kayak tanaman, bisa disiram pakai minyak kayu putih?" Aku terdiam. Rasanya malu dan kesal bercampur aduk. Aku baru sadar betapa bodohnya aku. Sejak hari itu, aku berhenti mengoleskan minyak kayu putih ke bibir. Aku belajar bahwa kumis tumbuh dengan sendirinya, dan tidak bisa dipaksakan. Pengalaman itu mengajarkan aku untuk tidak mudah percaya dengan omongan orang, dan untuk berpikir kritis sebelum melakukan sesuatu. Wawasan: Pengalaman lucu ini mengajarkan kita bahwa terkadang, kita terlalu mudah terpengaruh oleh tren atau informasi yang belum tentu benar. Penting untuk berpikir kritis dan mencari informasi yang valid sebelum mengambil tindakan.