Bayangan Perundungan **

Sinar mentari pagi menerobos jendela kamar, menyapa wajahku dengan hangat. Hari ini adalah hari pertama sekolah setelah liburan panjang. Semangatku membuncah, ingin segera bertemu teman-teman dan berbagi cerita. Namun, senyumku sirna begitu menginjakkan kaki di lorong sekolah. Sebuah bisikan menusuk telingaku, "Lihat, si cupu datang lagi." Tawa mengejek bergema di sekelilingku. Aku terdiam, tubuhku terasa kaku, mataku berkaca-kaca. Perundungan, seperti bayangan gelap, kembali menghantuiku. Setiap hari, aku harus berhadapan dengan kata-kata kasar, tatapan menghina, dan tindakan yang menyakitkan. Mereka menjuluki aku dengan nama-nama yang menyakitkan, mengolok-olok penampilan dan hobiku. Aku merasa terisolasi, sendirian dalam lautan ejekan. Perundungan bukan hanya sekadar lelucon atau candaan. Itu adalah luka yang dalam, yang meninggalkan bekas di hati dan pikiran. Aku merasa tidak berdaya, kehilangan kepercayaan diri, dan takut untuk bergaul dengan orang lain. Namun, aku tidak menyerah. Aku belajar untuk melawan rasa takut dan mencari dukungan dari orang-orang yang peduli. Aku bergabung dengan klub yang aku sukai, mengejar hobi yang membuatku bahagia, dan belajar untuk mencintai diri sendiri. Perundungan adalah masalah serius yang harus dihentikan. Kita semua memiliki peran untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. Berani untuk melawan perundungan, baik sebagai korban maupun saksi. Ingatlah, setiap orang berhak mendapatkan rasa hormat dan kasih sayang. Wawasan:** Perundungan adalah bayangan gelap yang dapat menghantui siapa saja. Namun, dengan keberanian dan dukungan, kita dapat mengalahkan bayangan itu dan menciptakan dunia yang lebih baik.