Rasa Duka Ibu di Kaki Salib **

Di tengah hiruk pikuk dunia, di tengah kerumunan yang berdesak-desakan, berdiri seorang ibu. Wajahnya pucat pasi, matanya sembab, dan air mata tak henti mengalir. Ia menatap putranya, terpaku di atas kayu salib, tubuhnya penuh luka, wajahnya penuh derita. Rasa duka mencengkeram hatinya, bagai pedang yang menusuk relung jiwanya. Ia tak mampu berkata-kata, hanya isak tangis yang mampu melukiskan kepedihannya. Betapa pedihnya melihat putra terkasihnya menderita, betapa beratnya beban yang harus ditanggungnya. Ia ingat saat putranya masih kecil, saat ia menggendongnya di pelukan, saat ia mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. Kini, ia hanya bisa menatapnya dari kejauhan, tak mampu meringankan beban yang dipikulnya. Namun, di tengah kesedihannya, ada secercah harapan. Ia tahu bahwa putranya telah mengorbankan dirinya demi menyelamatkan dunia. Ia tahu bahwa pengorbanannya akan membawa berkat bagi banyak orang. Maka, ia menguatkan hatinya, ia menenangkan jiwanya. Ia tahu bahwa putranya akan kembali, ia tahu bahwa ia akan bertemu dengannya di surga. Dan di tengah kesedihannya, ia menemukan kekuatan. Ia menemukan kekuatan untuk terus hidup, untuk terus mencintai, untuk terus berharap. Ia tahu bahwa putranya akan selalu ada di sisinya, meskipun ia tak lagi berada di dunia ini. Penutup:** Kisah duka seorang ibu di kaki salib adalah kisah yang menyentuh hati. Ia mengingatkan kita tentang kekuatan cinta seorang ibu, tentang pengorbanan yang tak ternilai, dan tentang harapan yang tak pernah padam.