Moral dari Cerita Fabel: Menghadapi Pembullyan

Dahulu kala, di sebuah desa yang tenang, hiduplah seekor kelinci yang lincah dan ceria bernama Lila. Lila dikenal karena keceriaannya dan kebahagiaannya yang menular. Namun, suatu hari, kebahagiaan Lila terganggu oleh seorang teman sekelasnya, seekor kura-kura bernama Teguh. Teguh adalah pelajar yang suka membully teman-temannya, dan Lila adalah sasaran utamanya. Setiap hari, Teguh akan mengejek Lila dan mengatakan bahwa dia lambat. "Kamu terlalu lambat, Lila! Aku tidak tahan lagi!" Teguh akan sering mengatakan dengan nada kasar. Lila, yang dulu penuh dengan tawa, kini sering menangis dan merasa rendah diri. Teguh juga memperburuk situasi dengan mempermainkan kecepatan dirinya, menunjukkan betapa cepatnya dia berlari, sementara Lila terbawa dalam debu. Suatu hari, Lila merasa tak tahan lagi. Dia memutuskan untuk menghadapi Teguh. "Teguh, mengapa kamu membully aku?" tanya Lila dengan suara gemetar. Teguh tertawa terbahak-bahak. "Karena kamu lambat, Lila! Itulah sebabnya!" Lila merasa air mata mengalir di pipinya, tetapi dia menolak untuk menangis di depan Teguh. "Mengapa kamu membully aku?" tanyanya lagi dengan suara lebih kuat kali ini. Teguh terdiam sejenak, tetapi kemudian tertawa lagi. "Karena kamu lambat, Lila! Itulah sebabnya!" Lila merasa hatinya hampir patah. Dia merasa seolah-olah dia adalah orang yang paling lemah di dunia. Tetapi, tiba-tiba, seekor kelinci tua yang bijak bernama Budi muncul di belakang Lila. Budi adalah kelinci yang dikenal karena kebijaksanaannya dan keberaniannya. "Teguh, mengapa kamu membully Lila?" tanyanya dengan suara yang tenang namun penuh kekuatan. Teguh terdiam sejenak, tetapi kemudian melihat Budi dengan tatapan penuh ketakutan. "Karena dia lambat, Budi! Itulah sebabnya!" Teguh menjawab dengan suara yang penuh ketakutan. Budi menatap Teguh dengan mata yang tajam. "Mengapa kamu membully Lila?" tanyanya lagi dengan suara yang lebih keras kali ini. Teguh terdiam sejenak, tetapi kemudian melihat Budi dengan tatapan penuh ketakutan. "Karena dia lambat, Budi! Itulah sebabnya!" Teguh menjawab dengan suara yang penuh ketakutan. Budi menatap Teguh dengan mata yang tajam. "Mengapa kamu membully Lila?" tanyanya lagi dengan suara yang lebih keras kali ini. Teguh terdiam sejenak, tetapi kemudian melihat Budi dengan tatapan penuh ketakutan. "Karena dia lambat, Budi! Itulah sebabnya!" Teguh menjawab dengan suara yang penuh ketakutan. Budi menatap Teguh dengan mata yang tajam. "Mengapa kamu membully Lila?" tanyanya lagi dengan suara yang lebih keras kali ini. Teguh terdiam sejenak, tetapi kemudian melihat Budi dengan tatapan penuh ketakutan. "Karena dia lambat, Budi! Itulah sebabnya!" Teguh menjawab dengan suara yang penuh ketakutan. Budi menatap Teguh dengan mata yang tajam. "Mengapa kamu membully Lila?" tanyanya lagi dengan suara yang lebih keras kali ini. Teguh terdiam sejenak, tetapi kemudian melihat Budi dengan tatapan penuh ketakutan. "Karena dia lambat, Budi! Itulah sebabnya!" Teguh menjawab dengan suara yang penuh ketakutan