Perbandingan Konsentrasi Molaritas, Normalitas, dan PPM pada Larutan Sukros

Dalam praktikum ini, kami akan membandingkan tiga jenis konsentrasi yang berbeda pada larutan sukrosa, yaitu molaritas, normalitas, dan PPM (part per million). Ketiga jenis konsentrasi ini digunakan untuk mengukur jumlah zat terlarut dalam larutan dan memiliki rumus yang berbeda untuk perhitungannya. Pertama, mari kita bahas tentang molaritas. Molaritas adalah ukuran konsentrasi larutan yang digunakan untuk menunjukkan jumlah mol zat terlarut per liter larutan. Rumus untuk menghitung molaritas adalah: m = (gram zat terlarut / massa molar) x (1000 / volume larutan) Selanjutnya, kita memiliki normalitas. Normalitas didefinisikan sebagai jumlah mol ekivalen dari suatu zat terlarut per liter larutan. Rumus normalitas adalah: N = m x a Terakhir, kita memiliki PPM. PPM digunakan untuk menunjukkan kandungan suatu zat dalam larutan. Rumus PPM adalah: PPM = (jumlah zat terlarut / volume larutan) x 10^6 Dalam praktikum ini, kami melakukan pengukuran konsentrasi molaritas, normalitas, dan PPM pada larutan sukrosa dengan menggunakan berbagai konsentrasi. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan antara ketiga jenis konsentrasi ini. Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah zat terlarut dalam larutan. Ketika jumlah zat terlarut semakin besar, maka konsentrasi molaritas, normalitas, dan PPM juga akan semakin tinggi. Dalam pengukuran berat konsentrasi molaritas pada kelompok kami, diperoleh hasil sebagai berikut: kelompok 1 dengan konsentrasi 0,09, kelompok 2 dengan konsentrasi 0,43, kelompok 3 dengan konsentrasi 0,58, kelompok 4 dengan konsentrasi 0,73, kelompok 5 dengan konsentrasi 0,87, kelompok 6 dengan konsentrasi 1,02, dan kelompok 7 dengan konsentrasi 1,17. Dari hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara molaritas, normalitas, dan PPM terjadi karena jumlah zat terlarut dalam larutan. Ketika jumlah zat terlarut semakin besar, maka konsentrasi molaritas, normalitas, dan PPM juga akan semakin tinggi.