Perkuliahan Daring: Tantangan dan Peluang di Tengah Pandemi

Perkuliahan daring atau pembelajaran jarak jauh telah menjadi pilihan utama dalam menghadapi situasi pandemi saat ini. Meskipun tidak mudah, perkuliahan daring telah membuktikan bahwa pendidikan dapat berlangsung tanpa tatap muka. Namun, tantangan yang dihadapi dalam perkuliahan daring juga tidak bisa diabaikan. Menteri Pendidikan, Kebudayatan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, dalam sebuah diskusi dengan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), mengungkapkan bahwa perkuliahan daring memang memiliki kelebihan dalam hal fleksibilitas dan aksesibilitas. Namun, ia juga mengakui bahwa interaksi langsung dalam perkuliahan masih sangat penting. Nadiem menekankan bahwa interaksi langsung dengan teman dan dosen, serta kegiatan penelitian, akan lebih hidup jika dilakukan secara tatap muka. Oleh karena itu, bagi daerah yang memberlakukan PPKM level 1-3, perkuliahan tatap muka diperbolehkan dengan pembatasan tertentu. Namun, di daerah dengan PPKM level 4, perkuliahan masih harus dilakukan secara daring. Selain itu, Nadiem juga mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan berbagai program Kampus Merdeka yang ditawarkan, seperti program magang bersertifikat dan kuliah kerja nyata tematik yang berhubungan dengan Covid-19. Dengan memanfaatkan program-program ini, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan diri di luar kampus. Namun, dalam menghadapi perkuliahan daring, perlu diperhatikan bahwa blended learning atau pembelajaran campuran adalah pendekatan yang lebih tepat. Blended learning bukan hanya sekadar memadukan pembelajaran daring dan tatap muka, tetapi juga melibatkan perpaduan antara teknologi dan interaksi manusia. Misalnya, mahasiswa dapat belajar melalui konten di HP tanpa internet atau menggunakan komputer di perpustakaan, dan kemudian bertemu dan berdiskusi dengan dosen. Inilah bentuk blended learning yang sebenarnya. Namun, ada tantangan yang perlu diatasi dalam menerapkan blended learning. Salah satunya adalah ketidakadilan dalam akses pembelajaran digital. Di wilayah Jawa, kemungkinan akses sudah memadai, tetapi di daerah luar Jawa, situasinya bisa berbeda. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk memastikan bahwa semua mahasiswa memiliki akses yang sama terhadap pembelajaran daring. Dalam menghadapi perkuliahan daring, kita harus melihat tantangan dan peluang yang ada. Meskipun tidak mudah, perkuliahan daring memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan adaptasi, fleksibilitas, dan mandiri. Dengan memanfaatkan program-program Kampus Merdeka dan menerapkan pendekatan blended learning, diharapkan perkuliahan daring dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tengah pandemi.