Sajak Desember

Pendahuluan: Sajak Desember ini dimulai dengan kutanggalkan mantel serta topiku yang tua ketika daun penanggalan gugur. Suasana tengah malam memberikan kesan sepi dan hening, seolah-olah mencerminkan perasaan kesendirian yang ada dalam diri penulis. Bagian pertama: Dalam bagian pertama sajak ini, penulis mengungkapkan perasaan kehampaan dan kekosongan yang dirasakannya. Ia menghitung hutang-hutangnya pada Tuhan, dan tiba-tiba merasa betapa miskinnya dirinya. Bahkan di luar, hujan masih terdengar dari celah-celah jendela, menambah kesan kesepian yang mendalam. Bagian kedua: Bagian kedua sajak ini menggambarkan kelelahan yang dirasakan oleh seseorang yang terbaring di kursi. Kelelahan ini bisa jadi bukan hanya fisik, tetapi juga mental dan emosional. Penulis merenung, apakah masih patut baginya untuk menghitung segala miliknya, selembar celana dan selembar baju, ketika ia menyebut nama Tuhan berulang kali. Bayang-bayang bianglala yang taram-temaram terlihat di kejauhan, memberikan kesan bahwa ada makna yang lebih dalam di balik materi dan kepemilikan. Kesimpulan: Sajak Desember ini menggambarkan perasaan kesendirian dan kehampaan di tengah hujan dan dinginnya bulan Desember. Penulis mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan makna yang lebih dalam di balik materi dan kepemilikan. Sajak ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam dunia yang serba materialistik, melainkan mencari kebahagiaan dan makna yang lebih abadi.