Peran Militer dalam Transisi Kekuasaan: Dari Orde Lama ke Orde Baru

Peran militer dalam transisi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru di Indonesia merupakan periode yang kompleks dan penuh gejolak. Periode ini ditandai dengan perubahan politik yang drastis, di mana militer memainkan peran sentral dalam membentuk lanskap politik negara.

Keterlibatan Militer dalam Politik Orde Lama

Pada masa Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, militer memiliki peran yang signifikan dalam politik. Soekarno menerapkan konsep "Dwifungsi ABRI", yang menempatkan militer sebagai kekuatan sosial politik selain tugas utamanya dalam pertahanan negara. Keterlibatan militer dalam politik semakin kuat dengan adanya sejumlah perwira militer yang menduduki posisi penting di pemerintahan.

Peristiwa G30S dan Kebangkitan Militer

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) menjadi titik balik yang menentukan dalam transisi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru. Peristiwa yang masih menyisakan kontroversi hingga saat ini tersebut ditandai dengan penculikan dan pembunuhan sejumlah jenderal Angkatan Darat. Militer, khususnya Angkatan Darat di bawah kepemimpinan Mayor Jenderal Soeharto, dengan cepat mengkonsolidasikan kekuatan dan menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang di balik peristiwa tersebut.

Peran Soeharto dan Lahirnya Orde Baru

Setelah G30S, Soeharto secara efektif mengambil alih kendali pemerintahan dari Soekarno. Melalui Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), Soeharto memperoleh mandat untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Momentum ini dimanfaatkan Soeharto untuk mengukuhkan kekuasaannya. Pada tahun 1967, Soeharto resmi dilantik sebagai Presiden, menandai lahirnya Orde Baru.

Dwifungsi ABRI dan Dominasi Militer

Di bawah Orde Baru, peran militer dalam transisi kekuasaan semakin menguat. Soeharto, yang berasal dari militer, menempatkan banyak perwira militer di posisi kunci pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dwifungsi ABRI diperkuat, memberikan legitimasi bagi militer untuk terlibat dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Akhir Orde Baru dan Reformasi Militer

Krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1990-an membawa angin segar bagi perubahan. Tuntutan reformasi disuarakan oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa. Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada tahun 1998, menandai berakhirnya Orde Baru. Era reformasi membawa perubahan signifikan bagi peran militer dalam transisi kekuasaan. Dwifungsi ABRI dihapuskan, dan militer kembali fokus pada tugas utamanya dalam pertahanan negara.

Transisi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru merupakan periode yang diwarnai oleh peran militer yang dominan. Dimulai dari keterlibatan politik di era Soekarno, mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan Soeharto, hingga reformasi yang membawa perubahan signifikan pada peran militer. Memahami peran militer dalam transisi kekuasaan ini penting untuk belajar dari sejarah dan membangun masa depan Indonesia yang lebih demokratis.