Membedah Konsep Ketuhanan: Mengapa Atribut Bashar Bertentangan dengan Sifat Allah

Membedah konsep ketuhanan merupakan perjalanan intelektual yang menantang, terutama ketika kita menelisik atribut-atribut yang seringkali dikaitkan dengan Tuhan. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan mendasar: mengapa atribut bashar (manusia) bertentangan dengan sifat Allah? Pertanyaan ini menuntut kita untuk memahami esensi ketuhanan dan membedakannya dengan sifat-sifat manusia.

Menelusuri Esensi Ketuhanan

Konsep ketuhanan dalam berbagai agama dan tradisi spiritual memiliki kesamaan fundamental, yaitu keberadaan entitas tertinggi yang transenden, mahakuasa, dan maha mengetahui. Allah, dalam Islam, digambarkan sebagai Dzat yang Esa, Maha Pencipta, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Sifat-sifat ini menunjukkan kemahakuasaan dan kesempurnaan Allah yang jauh melampaui batas-batas kemampuan manusia.

Atribut Bashar: Keterbatasan dan Ketidaksempurnaan

Atribut bashar, di sisi lain, merefleksikan keterbatasan dan ketidaksempurnaan manusia. Manusia memiliki sifat-sifat seperti kelemahan, kebutuhan, dan ketergantungan. Manusia juga rentan terhadap kesalahan, dosa, dan kematian. Atribut-atribut ini secara fundamental berbeda dengan sifat-sifat Allah yang sempurna dan kekal.

Kontradiksi Atribut Bashar dengan Sifat Allah

Ketika kita mengaitkan atribut bashar dengan Allah, muncul kontradiksi yang mendasar. Misalnya, jika Allah memiliki sifat lemah, maka Dia tidak akan mampu menciptakan alam semesta. Jika Allah memiliki kebutuhan, maka Dia akan tergantung pada sesuatu di luar dirinya sendiri. Jika Allah rentan terhadap kesalahan, maka Dia tidak akan sempurna. Kontradiksi-kontradiksi ini menunjukkan bahwa atribut bashar tidak dapat diterapkan pada Allah.

Mengapa Atribut Bashar Bertentangan dengan Sifat Allah

Atribut bashar bertentangan dengan sifat Allah karena sifat Allah adalah sifat yang sempurna, kekal, dan transenden. Allah tidak memiliki keterbatasan, kebutuhan, atau kelemahan seperti manusia. Allah adalah Dzat yang Esa, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Sempurna. Atribut bashar, yang merupakan refleksi dari keterbatasan manusia, tidak dapat diterapkan pada Allah karena akan mengurangi kesempurnaan dan kemahakuasaan-Nya.

Kesimpulan

Membedah konsep ketuhanan dan memahami perbedaan antara atribut bashar dan sifat Allah merupakan langkah penting dalam memahami esensi ketuhanan. Atribut bashar, yang merupakan refleksi dari keterbatasan manusia, tidak dapat diterapkan pada Allah karena akan bertentangan dengan sifat-sifat-Nya yang sempurna dan transenden. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang lebih tepat dan bermakna.