Hak Konsumen Terabaikan: Kasus Ibu Dewi dan Kosmetik Abal-Abal **

Kasus Ibu Dewi yang mengalami iritasi kulit parah akibat penggunaan krim pemutih wajah abal-abal merupakan contoh nyata pelanggaran hak konsumen di Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen) secara tegas mengatur hak-hak konsumen, yang dalam kasus ini telah dilanggar oleh penjual kosmetik tersebut. Hak-hak Ibu Dewi sebagai konsumen yang dilanggar: * Hak atas Keamanan: UU Perlindungan Konsumen Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa konsumen berhak atas keamanan, yaitu terhindar dari bahaya atau kerugian yang ditimbulkan oleh barang dan/atau jasa yang diperolehnya. Dalam kasus ini, krim pemutih wajah yang dibeli Ibu Dewi mengandung bahan berbahaya yang menyebabkan iritasi kulit. Hal ini menunjukkan bahwa produk tersebut tidak aman dan melanggar hak konsumen atas keamanan. * Hak atas Informasi: Pasal 6 UU Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai barang dan/atau jasa yang diperolehnya. Iklan yang ditampilkan penjual kosmetik tersebut menjanjikan hasil kulit yang lebih cerah dalam waktu singkat, namun tidak menyebutkan kandungan bahan berbahaya yang terkandung dalam produk tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penjual tidak memberikan informasi yang benar dan jujur kepada konsumen. * Hak untuk Mendapatkan Barang dan/atau Jasa yang Bermutu: Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen berhak mendapatkan barang dan/atau jasa yang bermutu dan sesuai dengan standar yang berlaku. Krim pemutih wajah yang dibeli Ibu Dewi merupakan produk abal-abal yang tidak memiliki izin edar dari BPOM, sehingga tidak memenuhi standar mutu yang berlaku. Kesimpulan: Kasus Ibu Dewi menunjukkan bahwa masih banyak penjual yang tidak bertanggung jawab yang mengabaikan hak-hak konsumen. Penting bagi konsumen untuk lebih berhati-hati dalam memilih produk dan selalu mengecek izin edar dari BPOM sebelum membeli produk kosmetik. Selain itu, konsumen juga memiliki hak untuk menuntut haknya jika merasa dirugikan oleh penjual yang tidak bertanggung jawab. Sumber Referensi: * Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Catatan:** Artikel ini ditulis dengan gaya argumentatif dan fokus pada pelanggaran hak konsumen yang terjadi dalam kasus Ibu Dewi. Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak mengandung konten sensitif. Artikel ini juga memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan berdasarkan UU Perlindungan Konsumen di Indonesia.