Si Miskin dan Marakarm

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang pemuda miskin bernama Jaka. Kehidupannya penuh keterbatasan, namun hatinya selalu dipenuhi kebaikan. Ia bekerja keras membantu tetangganya, tak pernah mengeluh meski perutnya keroncongan. Suatu hari, desa dilanda musibah banjir besar. Rumah-rumah hancur, harta benda hilang. Jaka, dengan kekuatan fisiknya yang terbatas, berjuang menyelamatkan warga, mengangkut barang-barang, dan memberikan bantuan semampunya. Ia bahkan rela berbagi sedikit makanan yang dimilikinya. Anehnya, di tengah keputusasaan, Jaka menemukan sebuah peti kayu terbawa arus. Di dalamnya terdapat emas dan permata yang berlimpah. Kabar ini tersebar cepat, banyak yang mengira Jaka telah menemukan harta karun. Namun, Jaka tidak serakah. Ia menggunakan harta tersebut untuk membangun kembali rumah-rumah warga yang hancur, membantu mereka memulai kehidupan baru, dan membangun fasilitas umum desa. Keikhlasan dan kebaikan Jaka menjadi teladan bagi seluruh desa. Ia membuktikan bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda, melainkan kebaikan hati dan kepedulian terhadap sesama. Banjir besar yang semula membawa bencana, justru menjadi berkah bagi desa, karena menyingkapkan kebaikan Jaka dan menyatukan warga dalam semangat kebersamaan. Kisah Jaka mengajarkan kita bahwa meskipun hidup dalam kemiskinan, kita tetap bisa kaya raya dengan kebaikan hati dan tindakan yang tulus. Kebaikan yang ditanam akan menuai kebaikan pula, meskipun jalannya tak selalu mudah terlihat. Dari kisah Jaka, kita belajar tentang arti marakarma yang sesungguhnya: bukan sekadar keberuntungan, melainkan hasil dari perbuatan baik yang tulus dan ikhlas. Kisah ini meninggalkan pesan yang menyentuh, bahwa kebaikan akan selalu membuahkan hasil yang indah, bahkan di tengah kesulitan.