Perbedaan Duduk di Antara Dua Sujud dalam Mazhab Syafi'i dan Hanafi

Perbedaan Utama dalam Duduk Antara Dua Sujud

Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan sholat adalah duduk di antara dua sujud. Meski tampak sederhana, ada perbedaan signifikan dalam cara duduk antara dua sujud dalam mazhab Syafi'i dan Hanafi. Perbedaan ini bukan hanya dalam hal posisi tubuh, tetapi juga dalam durasi dan doa yang diucapkan.

Posisi Duduk dalam Mazhab Syafi'i

Dalam mazhab Syafi'i, posisi duduk di antara dua sujud adalah dengan menekuk kaki kiri dan duduk di atasnya, sementara kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki menunjuk ke arah kiblat. Posisi ini dikenal sebagai iftirash. Selain itu, dalam mazhab Syafi'i, kedua tangan diletakkan di atas paha dengan jari-jari tangan terbuka.

Durasi dan Doa dalam Mazhab Syafi'i

Dalam mazhab Syafi'i, durasi duduk di antara dua sujud adalah sebentar, cukup untuk mengucapkan doa "Rabbighfirli" atau "Ya Tuhan, ampunilah aku". Doa ini diucapkan sebanyak satu kali. Meski singkat, momen ini dianggap penting dan merupakan bagian integral dari sholat.

Posisi Duduk dalam Mazhab Hanafi

Sementara itu, dalam mazhab Hanafi, posisi duduk di antara dua sujud adalah dengan menekuk kedua kaki dan duduk di atas tumit dan betis, posisi ini dikenal sebagai jalsah. Dalam posisi ini, kedua tangan diletakkan di atas paha dengan jari-jari tangan menunjuk ke arah kiblat.

Durasi dan Doa dalam Mazhab Hanafi

Dalam mazhab Hanafi, durasi duduk di antara dua sujud lebih lama dibandingkan dengan mazhab Syafi'i. Selama duduk, doa yang diucapkan adalah "Allahummaghfirli warhamni wahdini warzukni" atau "Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku rahmat, petunjuk, dan rezeki". Doa ini diucapkan sebanyak tiga kali.

Kesimpulan: Menghargai Perbedaan dalam Ibadah

Perbedaan dalam duduk di antara dua sujud dalam mazhab Syafi'i dan Hanafi menunjukkan kekayaan dan keragaman dalam praktik ibadah Islam. Meski berbeda, kedua mazhab ini sama-sama menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas, kerendahan hati, dan pengabdian kepada Tuhan. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih menghargai keunikan dan keberagaman dalam ibadah kita.