Pentingnya Membumikan Tradisi Mengaji di Era Teknologi

Sejak dibuka secara resmi pada minggu malam 26 November lalu, seluruh rangkaian kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) ke-36 tingkat Aceh telah dilalui dengan lancar, penuh kemeriahan, dan keakraban di antara sesama qari dan qariah se-Aceh. Sesuai jadwal yang telah diagendakan, event yang menjadi salah satu catatan amal ibadah di hadapan Allah SWT akan berakhir pada malam ini, dan semoga kita dipertemukan kembali pada agenda yang sama tahun mendatang. Namun, lebih dari sekadar berlomba menjadi yang terbaik, pelaksanaan MTQ memiliki hakikat yang lebih dalam. MTQ adalah salah satu bagian dari upaya kita bersama untuk kembali membumikan tradisi mengaji, yang dahulu sangat identik dengan kebiasaan hidup orang Aceh, dari kota hingga ke pelosok gampong. Namun, tradisi tersebut kini semakin tergerus oleh perkembangan zaman dan teknologi. Padahal, di sisi lain, perkembangan tersebut seharusnya semakin memudahkan upaya memasifkan kegiatan baca Al-Qur'an dan sema' di berbagai tempat, dengan beragam sarana teknologi yang ada sekarang ini. Tidak hanya di Aceh, teknologi telah menggerus berbagai tradisi yang ada di masing-masing masyarakat komunal. Namun, patut menjadi perhatian kita bersama bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah ada banyak penemuan-penemuan penting yang kemudian menjadi bukti bahwa Al-Qur'an merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan. Buktinya, banyak penemuan ilmiah yang sesuai dengan apa yang telah diungkapkan dalam Al-Qur'an. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an bukan hanya sebagai petunjuk spiritual, tetapi juga sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam era teknologi ini, kita harus menyadari bahwa tradisi mengaji tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Mengaji bukan hanya tentang membaca Al-Qur'an, tetapi juga tentang memahami dan mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Dengan membumikan tradisi mengaji, kita dapat memperkuat identitas keagamaan dan budaya kita, serta menjaga warisan kearifan lokal yang telah ada sejak lama. Selain itu, membumikan tradisi mengaji juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi dampak negatif dari perkembangan teknologi. Dengan mengajarkan generasi muda tentang pentingnya mengaji dan memahami Al-Qur'an, kita dapat membentuk karakter yang kuat, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama. Hal ini akan membantu mereka menghadapi tantangan dan godaan yang ada di era modern ini. Dalam menghadapi era teknologi yang semakin maju, kita tidak boleh melupakan akar-akar kearifan lokal kita. Membumikan tradisi mengaji adalah salah satu cara untuk menjaga dan menghormati warisan budaya kita. Dengan memperkuat tradisi ini, kita dapat memastikan bahwa nilai-nilai keagamaan dan budaya kita tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Sebagai umat Muslim, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan membumikan tradisi mengaji. Dengan melibatkan semua elemen masyarakat, termasuk keluarga, sekolah, dan lembaga keagamaan, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa tradisi mengaji tetap menjadi bagian penting dari kehidupan kita, meskipun di tengah gempuran teknologi modern. Dalam kesimpulan, membumikan tradisi mengaji di era teknologi adalah suatu keharusan. Kita harus menyadari pentingnya menjaga dan menghormati warisan budaya kita, serta memperkuat identitas keagamaan kita. Dengan membumikan tradisi mengaji, kita dapat membentuk generasi yang kuat, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama. Mari kita bersama-sama menjaga dan membumikan tradisi mengaji, agar nilai-nilai keagamaan dan budaya kita tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.