Cinta dan Keberanian di Medan Perang **
4 (259 suara) ** Udara berembus dingin, membawa aroma darah dan debu perang. Ratu Shani, pemimpin kerajaan cahaya, dan Ratu Gracia, pemimpin kerajaan kegelapan, berdiri tegak di tengah medan perang yang berlumuran darah. Mata mereka tertuju pada sebuah pesan yang baru saja mereka terima, pesan yang berisi kabar buruk tentang adik-adik mereka, Putri Ria dan Pangeran Rafel. "Akh sakit hiks hiks hiksðŸ˜ðŸ˜ kakak huaaaa sakit kakak," tangisan Putri Ria terdengar samar, terbawa angin perang. Pangeran Rafel, yang terluka parah, hanya bisa merintih kesakitan. Para prajurit, yang melihat kondisi kedua pewaris tahta itu, langsung melindungi mereka dengan tubuh mereka sendiri. "Kakak sakit hiks hiksðŸ˜ðŸ˜ huaaa kakak sakit," tangisan Putri Ria dan Pangeran Rafel semakin keras, mengiris hati kedua ratu. Rasa sakit yang mereka alami begitu nyata, membuat hati kedua ratu tercabik-cabik. Perang akhirnya usai, namun kemenangan terasa pahit. Putri Ria dan Pangeran Rafel langsung dibawa ke dalam tenda untuk mendapatkan perawatan. Luka-luka mereka diobati dengan hati-hati, namun rasa sakit masih menyiksa mereka. Mereka hanya bisa memeluk erat kedua kakak mereka, mencari penghiburan di tengah penderitaan. Ratu Shani dan Ratu Gracia, yang biasanya tegar dan kuat, terlihat rapuh di hadapan adik-adik mereka. Cinta dan kasih sayang mereka kepada Putri Ria dan Pangeran Rafel begitu besar, melebihi rasa takut dan kepedihan mereka atas perang yang baru saja mereka lalui. Mereka berjanji untuk melindungi adik-adik mereka, untuk selalu ada di sisi mereka, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Di tengah kesedihan dan kepedihan, semangat kedua ratu tidak padam. Mereka tahu bahwa mereka harus tetap kuat, untuk memimpin rakyat mereka, untuk membangun kembali kerajaan yang hancur. Cinta dan keberanian mereka, yang teruji dalam medan perang, akan menjadi kekuatan yang akan membawa mereka melewati masa-masa sulit ini.
