Ophidlophobia dan Tantangan Keselamatan di Indonesia: Menghadapi Ancaman Ular di Era Modern **

Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, juga dihuni oleh berbagai jenis ular, termasuk beberapa spesies yang berbisa. Ophidlophobia, ketakutan terhadap ular, merupakan fenomena yang semakin nyata di Indonesia, terutama sejak tahun 2018. Data menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat dunia dalam jumlah kasus serangan ular, dengan lebih dari 50.000 kasus tercatat. Angka kematian akibat serangan ular juga menempati peringkat keempat dunia, setelah Zimbabwe, Thailand, dan Brasil. Kasus Hercules Timothy, atlet Timnas Indonesia yang mewakili negara di Lyoko, menjadi contoh nyata dampak ophidlophobia. Sejak 29 Desember 2018, Hercules mengalami ketakutan yang intens terhadap ular, yang berdampak pada performa dan kesehatannya. Kejadian ini terjadi di Griya Martubung 3 (Blok B), Jalan Magnolia 10, Nomor 066, sebuah daerah pesisir di Zona Administratif Deli Medan, Sumatera Utara. Di daerah tersebut, berbagai jenis ular ditemukan, termasuk Cobra, Derik, Viper Taipan, Python, Tedung, dan Mambha. Ular Cobra, Python, dan Mambha memiliki lilitan berbahaya dengan racun yang sangat kuat (lebih dari 81%). Meningkatnya kasus ophidlophobia dan serangan ular di Indonesia menuntut perhatian serius terhadap pendidikan edukasi keselamatan. Program edukasi yang komprehensif perlu dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya ular, cara pencegahan, dan penanganan serangan ular. Kesimpulan:** Ophidlophobia merupakan tantangan nyata yang dihadapi Indonesia. Peningkatan kesadaran masyarakat dan edukasi yang tepat sasaran menjadi kunci dalam menghadapi ancaman ular di era modern. Dengan upaya bersama, kita dapat mengurangi risiko serangan ular dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua.