Senyum di Balik Reruntuhan **
Matahari sore menyinari wajah lelah Pak Karta, terpantul dari kerutan-kerutan yang menghiasi kulitnya. Ia duduk di teras rumahnya, sebuah bangunan sederhana yang nyaris runtuh, hanya tersisa dinding-dinding retak dan atap bocor. Di depannya, sebuah meja kayu tua dengan permukaan yang kasar, tempat ia meletakkan secangkir teh pahit. Pak Karta adalah seorang tukang becak tua yang telah puluhan tahun mengayuh becaknya di jalanan kota. Ia hidup sebatang kara, ditinggal istri tercinta beberapa tahun silam. Anak-anaknya telah merantau ke kota besar, meninggalkan Pak Karta dengan kenangan dan kesunyian. Setiap hari, Pak Karta berjuang untuk mencari nafkah. Ia mengayuh becaknya dari pagi hingga sore, mengantar penumpang ke berbagai tujuan. Penghasilannya tak seberapa, hanya cukup untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari. Namun, di balik kesederhanaan dan kesunyiannya, Pak Karta menyimpan sebuah rahasia. Ia memiliki sebuah taman kecil di belakang rumahnya, sebuah oase kecil di tengah hiruk pikuk kota. Di sana, ia menanam berbagai macam bunga dan tanaman, merawatnya dengan penuh kasih sayang. Taman itu adalah surganya. Di sana, ia melupakan kepenatan dan kesedihannya. Ia menyiram tanaman, memotong ranting, dan menata bunga dengan penuh kegembiraan. Taman itu adalah bukti bahwa di tengah kesulitan, masih ada keindahan yang bisa ditemukan. Suatu hari, seorang anak perempuan kecil bernama Maya datang ke taman Pak Karta. Ia terpesona oleh keindahan bunga-bunga yang bermekaran. Maya bertanya kepada Pak Karta tentang nama-nama bunga dan cara merawatnya. Pak Karta dengan senang hati menjawab pertanyaan Maya. Ia berbagi pengetahuan dan pengalamannya tentang berkebun. Maya pun semakin tertarik dan sering berkunjung ke taman Pak Karta. Lama-kelamaan, hubungan Pak Karta dan Maya semakin dekat. Maya sering membantu Pak Karta merawat taman, menyiram tanaman, dan mencabut rumput liar. Pak Karta pun merasa bahagia memiliki teman baru yang ceria dan penuh semangat. Suatu hari, Pak Karta jatuh sakit. Ia demam tinggi dan tak berdaya. Maya yang mendengar kabar itu langsung datang menjenguk Pak Karta. Ia membawa buah-buahan dan minuman untuk Pak Karta. Maya merawat Pak Karta dengan penuh kasih sayang. Ia membersihkan tubuh Pak Karta, mengganti bajunya, dan membacakan cerita untuknya. Pak Karta merasa terharu dan bersyukur memiliki teman yang baik seperti Maya. Beberapa hari kemudian, Pak Karta mulai sembuh. Ia merasa lebih kuat dan bersemangat. Ia kembali ke tamannya, ditemani Maya. Mereka menanam bunga baru dan merawat tanaman yang sudah ada. Pak Karta menyadari bahwa tamannya bukan hanya tempat pelariannya, tetapi juga tempat ia berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Ia merasa hidupnya lebih berarti karena telah berbagi keindahan dengan Maya. Seiring berjalannya waktu, taman Pak Karta menjadi terkenal di lingkungan sekitar. Banyak orang yang datang untuk melihat keindahan bunga-bunga yang bermekaran. Pak Karta pun membuka tamannya untuk umum, menjadikannya sebagai tempat rekreasi bagi warga sekitar. Taman Pak Karta menjadi simbol harapan dan kebahagiaan di tengah kesuraman kehidupan. Ia membuktikan bahwa di tengah kesulitan, masih ada keindahan dan kebaikan yang bisa ditemukan. Pak Karta, tukang becak tua yang hidup sederhana, telah menorehkan jejak kebaikan di dunia. Ia telah berbagi keindahan dan kebahagiaan dengan orang lain, meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya. Senyum Pak Karta, yang terpancar di balik reruntuhan rumahnya, menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada harta benda, tetapi pada kebaikan hati dan semangat untuk berbagi. Di penghujung hari, ketika matahari mulai terbenam, Pak Karta duduk di teras rumahnya, memandangi tamannya yang indah. Ia tersenyum, merasa bahagia dan damai. Ia telah menemukan makna hidup yang sesungguhnya, yaitu berbagi keindahan dan kebahagiaan dengan orang lain.
4 (194 suara) 
