Keterkaitan Sastra dan Filsafat dalam Membangun Perikehidupan dan Perikemanusiaan

Sastra dan filsafat adalah dua bidang yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Sastra yang bermutu adalah sastra yang bernilai, memproses pemikiran, dan membawa perkembangan bagi kualitas kehidupan. Salah satu nilai tersebut adalah beraneka hal yang berkelindan dengan dunia filsafat. Sastra melibatkan dirinya ke dalam situasi yang akan membangun perikehidupan dan perikemanusiaan. Mutu karya sastra sangat dipengaruhi oleh kandungan filsafat yang ada di dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam sastra akan menjadi pelatihan mental bagi pembacanya. Sastra yang bernilai akan selalu diingat oleh pembacanya. Cerpen "Bom" karya Putu Wijaya adalah salah satu contoh sastra yang membutuhkan pemahaman yang mendalam. Bentuk cerpen yang nonkonvensional dan isinya yang berat membuatnya sulit dipahami oleh orang awam. Namun, nilai citra sastra tidak ditentukan oleh melimpah ruahnya penggemar. Putu Wijaya sebagai pengarang cerpen tersebut berusaha merekam kegelisahan diri maupun masyarakat dengan cara yang jauh dari motif memberontak. Sikap seorang penyair yang cenderung menyajikan problematika kehidupan manusia tercermin dalam karya sastra tersebut. Kepribadian tokoh Ismail Marzuki dapat dilihat dari perjuangannya dalam menciptakan lagu-lagu perjuangan pada masa pendudukan Jepang. Meskipun lagu-lagu tersebut dicurigai oleh Jepang dan Ismail sempat diancam oleh Kenpetai, ia tetap tidak gentar dan terus menggubah lagu-lagu lain yang bertema perjuangan seperti lagu "Selamat Jalan Pahlawan Muda". Hal ini menunjukkan bahwa Ismail Marzuki adalah sosok yang pemberani, tidak takut menghadapi ancaman, dan memiliki semangat perjuangan yang tinggi. Kesimpulan: Dalam sastra, terdapat keterkaitan yang erat dengan dunia filsafat. Sastra yang bermutu adalah sastra yang bernilai dan memproses pemikiran. Nilai-nilai yang terkandung dalam sastra akan membawa perkembangan bagi kualitas kehidupan dan perikemanusiaan. Contoh konkret dari keterkaitan ini dapat dilihat dalam cerpen "Bom" karya Putu Wijaya yang merekam kegelisahan diri maupun masyarakat dengan cara yang jauh dari motif memberontak. Selain itu, kepribadian tokoh Ismail Marzuki yang pemberani dan tidak takut menghadapi ancaman juga merupakan contoh nyata dari keterkaitan antara sastra dan perjuangan.