Ria dan Pelukan Hangat Kakak **

Senja menyapa mansion keluarga Natio dengan lembut. Cahaya keemasan menerobos jendela kaca, menyapa Argantara, Indira, dan ketiga putri mereka, Shani, Gracia, dan Feni, yang asyik menonton televisi di ruang keluarga. Tawa mereka bergema, mengisi mansion dengan kehangatan. Di kamarnya, Ria, si bungsu, tengah asyik bermain. Tiba-tiba, terdengar suara "bruk" yang keras. Argantara dan Indira langsung terdiam, tatapan mereka tertuju ke arah kamar Ria. "Ria!" Indira berteriak, khawatir. Shani, yang paling dekat dengan kamar Ria, langsung berlari menuju kamar adiknya. Ia membuka pintu dan mendapati Ria terduduk di lantai, air mata mengalir deras di pipinya. "Ria, sayang, kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Shani lembut, menggendong Ria. Ria menunjuk ke arah lemari, "Kak, Ria mau ambil boneka, tapi jatuh." Shani tersenyum, "Tidak apa-apa, Ria. Kakak bantu ambil ya." Shani mengambil boneka Ria dari lemari dan menggendongnya kembali ke tempat tidur. Ria memeluk erat boneka kesayangannya, air matanya perlahan berhenti mengalir. "Ria, jangan nakal ya. Kalau mau ambil sesuatu, panggil kakak atau mama dulu," pesan Shani. Ria mengangguk, matanya berbinar kembali. Shani mencium kening Ria, "Sekarang Ria tidur ya, mimpi indah." Ria memejamkan matanya, tertidur pulas di pelukan hangat kakaknya. Shani tersenyum, merasa bahagia bisa menjadi pelindung bagi adiknya. Wawasan:** Kisah Ria mengingatkan kita bahwa kasih sayang dan perhatian keluarga sangat penting bagi anak-anak. Kehangatan pelukan kakak dan kasih sayang orang tua mampu menenangkan hati dan membuat anak merasa aman.