Ketika "Jomblo" Bertemu "Jomblo" di Warung Kopi\x0a\x0a**

Hari itu, langit mendung, seperti hatiku yang sedang galau. Ujian semester depan sudah di depan mata, tapi aku malah asyik ngobrol sama si Rara, sahabatku yang satu kelas.

"Ra, gue bete banget. Udah seminggu ini gue ngerjain soal-soal ujian, tapi kok rasanya nggak masuk ke kepala ya?" keluhku sambil menyeruput es teh manis.

Rara, yang terkenal dengan sifatnya yang ceria, langsung nyeletuk, "Ya, namanya juga ujian. Nggak usah dipikirin, nanti juga lo bisa ngerjainnya. Lagian, lo kan jago banget pelajaran."

"Eh, tapi gue takut nggak lulus, Ra. Nanti gimana dong?"

Rara terkekeh, "Nggak usah takut, gue yakin lo pasti lulus. Lagian, kalau lo nggak lulus, gue juga ikut nggak lulus. Kita kan sama-sama jomblo, jadi harus kompak."

Aku langsung terbahak. "Jomblo? Apa hubungannya sama ujian?"

"Ya, kalau kita berdua nggak lulus, kita bisa nge-date di warung kopi ini setiap hari. Nggak usah ngerjain tugas, nggak usah mikirin ujian, tinggal ngobrol sama gue aja."

Aku semakin ngakak. "Ra, lo ini ngelantur banget sih. Tapi, ide lo nggak buruk juga. Kita bisa ngobrolin soal-soal ujian sambil ngopi-ngopi."

"Nah, kan. Jadi, nggak usah khawatir ya. Kita berdua pasti lulus, dan kalau nggak lulus, kita bisa nge-date di sini."

Aku menggeleng-geleng kepala. Rara memang selalu bisa bikin aku ketawa. Tapi, di balik candaan itu, aku merasa terhibur. Rasa galauku sedikit berkurang, dan aku jadi lebih semangat untuk belajar.

Akhir:**

Hari itu, aku dan Rara belajar bersama di warung kopi. Kami ngobrol, ngerjain soal-soal, dan sesekali bercanda. Walaupun ujian masih terasa berat, tapi aku merasa lebih tenang. Karena, aku tahu, aku tidak sendirian. Aku punya Rara, sahabatku yang selalu ada untukku, bahkan saat aku sedang galau dan jomblo.