Kondisi Sosial-Politik Kerajaan Mpu Sindok dan Penerusny

Mpu Sindok adalah seorang penguasa Medang yang memerintah bersama-sama dengan permaisurinya. Selama masa pemerintahannya, negara tersebut aman dan tenteram. Meskipun Mpu Sindok menganut agama Hindu aliran Siwa, ia menunjukkan toleransi yang besar terhadap agama lain. Salah satu contoh toleransi ini adalah penghargaan yang diberikan kepada Sri Sambhara Suryawarane, seorang pujangga yang menulis kitab Buddha aliran Tantrayana berjudul Sang Hyang Kamahayanikan. Dengan demikian, Mpu Sindok memfasilitasi perkembangan agama Buddha Tantrayana, yaitu sinkretisme antara ajaran Buddha dan agama Hindu aliran Siwa. Setelah Mpu Sindok, penguasa Medang yang memerintah adalah Sri Isyanatunggawijaya, Sri Am Utawangsawardhana, dan Dharmawangsa. Dharmawangsa memiliki saudari bernama Raja Kertarajasa yang menguasai pesisir pantai utara. Hubungan antara Dharmawangsa dan Sriwijaya pernah terputus akibat serangan Sriwijaya terhadap Medang. Pada tahun 1016 M, kerajaan Medang mengalami malapetaka saat pesta pernikahan antara Udayana dari Bali dan Airlangga (hasil pernikahan Mahendradatta) sedang berlangsung di Kota Watan. Kota ini kemudian dikenal sebagai Kota Watan dan Airlangga. Airlangga memerintah dengan bijaksana dan memperbaiki kondisi kerajaan setelah malapetaka tersebut.