Pancasila di Era Orde Baru: Antara Idealisme dan Realitas **

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah mengalami pasang surut dalam penerapannya, khususnya di era Orde Baru (1965-1998). Meskipun Pancasila tetap menjadi ideologi resmi, penerapannya di era ini memiliki ciri-ciri khas yang perlu dikaji lebih lanjut. Ciri-ciri Pancasila di Era Orde Baru: * Dominasi Sila Ketiga: Era Orde Baru cenderung menekankan Sila Ketiga, yaitu "Persatuan Indonesia". Hal ini terlihat dalam upaya pemerintah untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan nasional, yang terkadang mengabaikan aspek demokrasi dan hak asasi manusia. * Penguatan Kekuasaan Eksekutif: Kekuasaan eksekutif, khususnya presiden, menjadi sangat dominan. Hal ini terlihat dalam konsentrasi kekuasaan di tangan presiden dan lemahnya peran lembaga legislatif dan yudikatif. * Penerapan Pancasila Secara Formal: Pancasila lebih banyak diterapkan secara formal dalam berbagai peraturan dan kebijakan, namun implementasinya di lapangan seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. * Munculnya Kesenjangan Sosial: Meskipun pemerintah Orde Baru mengklaim telah berhasil dalam pembangunan ekonomi, namun kesenjangan sosial semakin lebar. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Pancasila dalam bidang ekonomi tidak sepenuhnya adil dan merata. * Keterbatasan Kebebasan Berpendapat: Kebebasan berpendapat dan berekspresi di era Orde Baru sangat terbatas. Kritik terhadap pemerintah seringkali dibungkam dan dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas nasional. Kesimpulan:** Penerapan Pancasila di era Orde Baru memiliki ciri-ciri yang khas, yang menunjukkan bahwa Pancasila tidak selalu diterapkan secara konsisten dengan nilai-nilai luhurnya. Meskipun era Orde Baru telah berakhir, pemahaman tentang ciri-ciri Pancasila di era ini penting untuk menilai dan memperbaiki penerapan Pancasila di masa depan. Kita perlu belajar dari masa lalu agar Pancasila dapat benar-benar menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia yang bermartabat dan sejahtera.