Cinta di Antara Garis-Garis Sekolah **
SMA Pelita Harapan, tempat di mana Andin, Amar, Yadi, dan Aisa menapaki masa remaja mereka. Andin, dengan bakat seni lukisnya yang luar biasa, seringkali terlihat asyik dengan kuas dan kanvasnya. Amar, si anak kaya raya, lebih sering menghabiskan waktu di lapangan futsal atau bermain game. Yadi, anak sederhana yang cerdas, lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan atau menulis di buku catatannya. Aisa, sahabat Andin, selalu setia menemani Andin, meskipun sifatnya yang pemalu membuatnya sedikit canggung di awal. Hubungan Andin dan Amar dipenuhi dengan perselisihan. Sifat Andin yang sedikit pemarah dan Amar yang terkadang egois membuat mereka sering beradu argumen. Yadi, yang selalu bersikap baik kepada Andin, seringkali menjadi penengah di antara mereka. Aisa, yang awalnya membenci Amar karena membela Andin, perlahan mulai merasakan ketertarikan pada Amar. Suatu hari, saat Andin sedang melukis di taman sekolah, Amar tiba-tiba muncul dan mengkritik hasil lukisannya. Andin, yang terkenal dengan sifatnya yang sensitif, langsung marah dan membentak Amar. Amar, yang terbiasa dengan pujian, merasa tersinggung dan membalas perkataan Andin. Yadi, yang melihat pertengkaran mereka, mencoba menengahi, namun Andin dan Amar tetap bersikukuh dengan pendapat masing-masing. Aisa, yang menyaksikan pertengkaran itu, merasa kesal dengan Amar. Ia merasa Amar tidak menghargai bakat Andin. Namun, seiring berjalannya waktu, Aisa mulai menyadari bahwa Amar sebenarnya memiliki sisi lembut yang jarang terlihat. Amar seringkali memperhatikan Andin dari kejauhan, bahkan diam-diam membantu Andin saat Andin kesulitan. Amar, yang awalnya hanya menganggap Andin sebagai gadis yang menyebalkan, mulai merasakan ketertarikan pada Andin. Ia terpesona dengan kecerdasan dan bakat Andin, serta sifatnya yang keras kepala namun lembut. Amar mulai sering mendekati Andin, meskipun Andin selalu bersikap dingin kepadanya. Aisa, yang menyadari perasaan Amar pada Andin, merasa cemburu. Ia merasa persahabatannya dengan Andin terancam. Namun, Aisa tidak ingin merusak persahabatan mereka. Ia memutuskan untuk tetap mendukung Andin, meskipun hatinya terasa sakit. Suatu hari, saat Andin sedang mengerjakan tugas seni lukisnya, Amar datang dan menawarkan bantuan. Andin, yang awalnya menolak, akhirnya luluh dan menerima bantuan Amar. Saat mereka bekerja bersama, Andin mulai menyadari bahwa Amar sebenarnya memiliki sisi baik yang selama ini tidak ia lihat. Amar, yang melihat Andin mulai luluh, semakin berani mendekati Andin. Ia seringkali mengajak Andin makan siang bersama, bahkan mengajak Andin menonton film. Andin, yang awalnya masih ragu, akhirnya mulai merasakan ketertarikan pada Amar. Aisa, yang melihat kedekatan Andin dan Amar, merasa semakin cemburu. Ia merasa persahabatannya dengan Andin semakin menipis. Namun, Aisa tetap berusaha untuk bersikap baik kepada Andin dan Amar. Kisah cinta di antara mereka berlanjut, diiringi dengan persahabatan yang teruji dan perasaan yang rumit. Apakah Andin dan Amar akan menemukan kebahagiaan bersama? Atau apakah Aisa akan tetap terjebak dalam perasaan cintanya yang tak terbalas? Catatan: Cerita ini masih dalam tahap awal. Anda dapat mengembangkan cerita ini lebih lanjut dengan menambahkan konflik, klimaks, dan resolusi. Anda juga dapat menambahkan karakter lain untuk memperkaya cerita.
4 (281 suara) 
