Konsep Ketentuan Allah dalam Perspektif Tafsir Klasik

Keimanan kepada qada dan qadar merupakan salah satu dari rukun iman yang enam. Keyakinan akan ketentuan Allah ini menjadi pondasi penting dalam memahami hakikat hidup dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Dalam khazanah Islam klasik, para mufassir telah banyak mengupas konsep qada dan qadar melalui penafsiran Al-Qur'an yang mendalam dan komprehensif.

Memahami Makna Qada dan Qadar

Qada dan qadar merupakan dua istilah yang saling terkait erat, namun memiliki makna yang berbeda. Qada merujuk pada ketetapan Allah yang bersifat global dan meliputi segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang berkaitan dengan makhluk hidup maupun benda mati. Ketetapan ini telah tertulis dalam Lauh Mahfuzh sejak zaman azali. Sementara itu, qadar merujuk pada perwujudan dari ketetapan Allah tersebut dalam realitas kehidupan manusia.

Tafsir Klasik tentang Kehendak Allah

Para mufassir klasik seperti Imam al-Tabari, al-Qurthubi, dan Ibnu Katsir sepakat bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak Allah. Namun, mereka membedakan antara kehendak Allah yang bersifat universal (iradah kauniyah) dan kehendak Allah yang bersifat syar'i (iradah syar'iyyah). Iradah kauniyah adalah kehendak Allah yang berlaku mutlak atas segala sesuatu, baik yang baik maupun yang buruk. Sementara itu, iradah syar'iyyah adalah kehendak Allah yang tertuang dalam syariat dan berkaitan dengan perintah, larangan, dan pilihan manusia.

Peran Ikhtiar Manusia dalam Bingkai Ketentuan Allah

Meskipun manusia meyakini bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah, namun Islam juga menekankan pentingnya ikhtiar dan usaha. Dalam pandangan para mufassir klasik, qada dan qadar bukanlah doktrin yang membuat manusia pasif dan menyerah pada takdir. Sebaliknya, keyakinan akan ketentuan Allah justru seharusnya memotivasi manusia untuk berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh.

Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar

Beriman kepada qada dan qadar memiliki banyak hikmah bagi kehidupan manusia. Keyakinan ini dapat menumbuhkan sikap tawakal, sabar, dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan hidup. Ketika manusia ditimpa musibah, ia akan meyakini bahwa semua itu merupakan ketetapan Allah yang terbaik baginya. Sebaliknya, ketika mendapatkan nikmat, ia akan bersyukur dan tidak menjadi sombong.

Pemahaman yang benar tentang konsep qada dan qadar dalam perspektif tafsir klasik memberikan pencerahan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan. Keyakinan akan ketentuan Allah yang diiringi dengan ikhtiar dan doa merupakan wujud dari keimanan yang utuh. Melalui pemahaman ini, diharapkan manusia dapat hidup dengan lebih tenang, optimis, dan penuh makna.