Pemberontakan yang Mencoba Mengganti Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesi

Pada tahun 1948, sebuah pemberontakan yang dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) terjadi di Madiun, Jawa Timur. Pemberontakan ini bertujuan untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan sistem komunisme. Namun, pemberontakan tersebut tidak berhasil dan ditumpas oleh tentara dan rakyat yang berkehendak mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara. Selain itu, terdapat juga pemberontakan yang dipimpin oleh Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh. Pemberontakan ini dipicu oleh kekecewaan sebagian kalangan Islam terhadap pemerintah pusat dan penandatanganan Perjanjian Renville yang dianggap melecehkan harkat dan martabat para pejuang kemerdekaan. Pemberontakan ini berakhir setelah Kartosuwiryo, pemimpin pemberontakan, ditangkap pada tahun 1962. Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Pemberontakan Semesta (Permesta) di Sumatera dan Sulawesi juga merupakan hasil dari kekecewaan beberapa pihak terhadap kepemimpinan Sukarno yang dianggap kurang memperhatikan daerah. Pemberontakan-pemberontakan ini dapat diakhiri melalui operasi militer dengan korban jiwa yang sangat besar. Pemerintahan Sukarno berhasil mengatasi tantangan berupa berbagai pemberontakan dan separatisme yang dapat memecah belah Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara dapat tetap berdiri tegak sebagaimana saat negara Indonesia dibangun pada tahun 1945.