Kesetiaan di Balik Panggung **

** Lampu sorot panggung masih menyala redup, sisa-sisa riuh tepuk tangan penonton masih bergema di teater JKT48. Ria, dengan napas tersengal-sengal, menempelkan ponsel ke telinga. Suara orang tuanya dari Bandung terdengar samar, menanyakan kabar Ria selama tiga minggu di Jakarta. "Baik kok, Ma, Pa. Latihan lancar, semuanya baik-baik saja," jawab Ria, berusaha menyembunyikan kekhawatiran yang menggerogoti hatinya. Tiba-tiba, suara teriakan memecah kesunyian. "Shani!" Ria tersentak, jantungnya berdebar kencang. Suara Gracia, sahabat Shani, terdengar panik. Ria langsung berpamitan dengan orang tuanya, "Ma, Pa, aku ada urusan sebentar. Nanti aku telepon lagi ya." Tanpa menunggu jawaban, Ria berlari menuju ruang latihan. Dua bodyguard setia mengikutinya dari belakang. Di sana, Shani tergeletak di lantai, wajahnya pucat pasi. "Shani, kamu kenapa?" tanya Ria, suaranya bergetar. Gracia menjelaskan bahwa Shani terjatuh saat latihan, kakinya terkilir. Ria langsung menggendong Shani, matanya berkaca-kaca. "Tenang, Shani. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," bisik Ria, berusaha menenangkan sahabatnya. Di perjalanan menuju rumah sakit, Ria terus menggenggam tangan Shani. Dia berjanji akan selalu ada untuk sahabatnya, baik di atas panggung maupun di luar panggung. Kesetiaan Ria kepada Shani, sahabatnya, teruji dalam situasi sulit ini. Di balik gemerlap panggung, persahabatan mereka tetap terjalin erat, saling mendukung dan menguatkan.