Ria dan Tujuh Bintangnya **

Matahari sore menyinari wajah Ria yang memerah. Air matanya mengalir deras, membasahi pipi yang masih polos. Ia baru saja di-bully oleh anak laki-laki yang lebih tua di sekolah. Rasa sakit di hatinya bercampur dengan rasa malu. Ia tak tahu harus kepada siapa ia mengadu. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. Ria teringat akan keenam kakak perempuannya yang merupakan anggota JKT48. Mereka adalah idola yang selalu tampil ceria dan penuh semangat di atas panggung. Ria yakin, kakak-kakaknya pasti akan membantunya. Dengan langkah gontai, Ria menuju teater JKT48. Ia berlari menuju ruang tunggu, tempat para anggota biasanya berkumpul sebelum pertunjukan. "Kakak!" teriak Ria, suaranya bergetar. Keenam kakak perempuannya menoleh, wajah mereka langsung berubah khawatir. Mereka segera menghampiri Ria dan memeluknya erat. "Ada apa, Ria?" tanya kakak pertamanya, Shani, dengan lembut. Ria menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Air matanya kembali mengalir deras. Keenam kakaknya mendengarkan dengan saksama, wajah mereka menunjukkan rasa marah dan simpati. "Jangan khawatir, Ria," kata kakak keduanya, Melody. "Kami akan membantumu." Mereka berjanji akan menemui anak laki-laki yang membully Ria dan menegurnya. Ria merasa lega dan terharu. Ia tahu, ia tidak sendirian. Keenam kakaknya selalu ada untuknya, seperti bintang-bintang yang selalu bersinar di langit malam. Keesokan harinya, keenam kakak Ria menemui anak laki-laki yang membullynya. Mereka berbicara dengan tegas dan bijaksana, menjelaskan bahwa tindakannya salah dan menyakiti hati Ria. Anak laki-laki itu akhirnya meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ria merasa sangat bahagia. Ia bersyukur memiliki keenam kakak perempuan yang luar biasa. Mereka bukan hanya idola di atas panggung, tetapi juga pahlawan dalam hidupnya. Ria belajar bahwa kekuatan cinta dan persaudaraan dapat mengatasi segala rintangan. Catatan:** Cerita ini menggambarkan kekuatan persaudaraan dan bagaimana idola dapat menjadi inspirasi bagi penggemarnya. Cerita ini juga menekankan pentingnya melawan bullying dan mencari bantuan ketika kita membutuhkannya.